Kata Bijak Para Sufi

10 May 2012


Guru-guru Sufi secara tegas membeda-bedakan antara tulisan dan ceramah yang diberikan untuk audiens khusus dan para pujangga, dengan nilai emosional serta kultural tersendiri. Semua ajaran Sufi, pada dasarnya diadakan untuk masa-masa mereka sendiri. Pesan-pesan Sufi dalam bentuk tulisan dianggap memiliki efektikitas yang terbatas, baik kedalaman maupun daya tahannya. Hal ini karena "sesuatu yang begitu disebarkan pada wilayah (bidang) Waktu, akan jatuh korban untuk memorak-porandakan Waktu". Akibatnya, seperti perumpamaan gelombang laut yang sering digunakan kaum Sufi, secara konstan Sufisme diperbarui oleh guru-guru penerus teladan.

Guru-guru ini tidak hanya menafsirkan ulang materi-materi Sufi lama; mereka memilih, menerima, mengenalkan dan mengerjakan materi-materi literal yang memungkinkan untuk melanjutkan fungsi dinamisnya.

Murid-murid Sufi mungkin berani, mungkin pula tidak, untuk membiasakan diri mereka dengan Sufisme Klasik tradisional. Bagaimanapun, ada Pembimbing Sufi yang mengusulkan kurikulum ke masing-masing lingkaran atau murid; potongan-potongan dari materi Klasik, tulisan dan ceramah, dari ibadat-ibadat tradisional yang diterapkan pada tahap masyarakat tertentu, pada kelompok-kelompok khusus, pada individu tertentu.

Penggunaan materi-materi ini secara tegas memisahkan ideologi Sufi dari jenis lainnya yang telah tercatat. Sikap ini mencegah Sufisme dari kristalisasi, yang kemudian menjadi hasil karya ulama dan tradisionalisme. Pada awalnya, pengelompokan Sufi dimana fosilisasi ini mengambil tempat, perasaan mendalam mereka terhadap penggunaan materi Sufi secara berulang-ulang memberi peringatan terhadap calon Sufi, bahwa organisasi seperti itu telah "menggabungkan-dunia".

Bagian berikut berisi materi-materi yang diambil dari pemakaian saat ini dan dipertimbangkan oleh aliran-aliran Sufi kontemporer sebagai "penyerahan material sesaat", dapat diterapkan pada manusia dalam situasi sekarang.

Materi-materi itu sendiri bergeser jauh ke belakang dan seterusnya, diantara tulisan-tulisan dan ucapan kaum Sufi paling kuno yang tercatat, dan sekarang ini diperhitungkan sebagai ajaran dasar prinsip-prinsip Sufi.

Menarik untuk dicatat, dari sudut pandang psikologi kontemporer, bagaimana kelompok-kelompok studi -- dalam Sufisme di mana saja -- selalu menghadapi tantangan. Tantangan ini adalah, apakah kelompok akan menstabilisasi diri sejak awal pada penopang yang menyenangkan (seperti terpaan, latihan, tokoh otoritas) atau apakah grup memiliki stabilitas memadai untuk menggapai realitas yang melebihi keadaan lahiriahnya, faktor-faktor sosial.

Komposisi kelompoklah yang akan memutuskan hal-hal tersebut. Jika anggotanya sudah siap memiliki keseimbangan sosial yang kuat, mereka tidak perlu mengubah atmosfir studi mereka menjadi sumber stabilitas dan kepastian. Bila anggota sudah memperoleh kepuasan fisik dan intelektual, mereka tidak perlu berusaha menyaringnya dari kelompok Sufi mereka.

Mereka ini para pencari stabilitas sosial, intelektual dan emosional yang merupakan kandidat yang gagal untuk ajaran Sufi dalam aliran-aliran asli. Aliran-aliran tiruan (diketahui atau sebaliknya) menggunakan bagian luar Sufi --termasuk tulisan dan ceramah berikut-- dan beroperasi sebagai kelompok-kelompok sosio-psikologis tersamar. Aktivitas Sufi yang sangat bernilai ini bukan persyaratan untuk 'pengetahuan tentang manusia yang lebih tinggi'.

Namun ini bukan berarti bahwa pengelompokan-pengelompokan otomimetis yang dianggap banyak orang sebagai Sufi, secara tiba-tiba dapat dikenal oleh seorang kandidat sebagai pengelompokan sosial semata. Sebaliknya, jika murid bersungguh-sungguh membutuhkan kepastian, petualangan, katarsis, keseimbangan sosial dan psikologis, ia akan sangat berterima kasih dan tidak mempertanyakan lagi bila ditarik ke aktivitas tingkat rendah ini.

Ini karena ia akan menjawab untuk apa kelompok-kelompok yang ditawarkan dalam praktek, bukan apa yang dapat ditawarkan Sufisme.

Lagi, secara tradisional kelompok-kelompok para Pencari bergabung bersama dalam usaha memperingati praktek-praktek dan teori-teori Sufisme, dengan harapan bahwa hasrat mereka dapat terwujud atau menjadi sempurna dengan kehadiran guru yang asli. Dasar studi ini lebih berbahaya daripada diusulkan secara umum, karena ketika keanggotaan dari suatu kelompok secara luas mengkomposisikan orang-orang yang menggunakannya untuk tujuan psikologis lebih rendah, kelompok sebagai keseluruhan akan cenderung kehilangan kapasitas dan hasrat untuk mengenal sumber-sumber di level lebih tinggi.

Dalam kasus demikian, perkembangan alamiah kepekaan sosial dalam pengelompokan, menghalangi aspirasi. Hanya pengenalan perbedaan tipe orang kepada kelompok, dalam usaha setidaknya memperbaikinya untuk suatu contoh masyarakat normal, kemungkinan akan menghidupkan kembali posibilitas kelompok. Tetapi suatu kelompok sosial jenis ini hampir secara definitif bermusuhan dengan pengenalan-pengenalan semacam; orang-orang yang tampak berpikir dengan cara berbeda dianggap bermusuhan atau tidak dapat dipilih.


APAKAH SUFISME?

Pertanyaannya bukan: "Apakah Sufisme?" melainkan: "Apa yang dapat dikatakan dan diajarkan tentang Sufisme?"

Alasan memasukkannya di dalam cara ini adalah, bahwa lebih penting mengetahui keadaan si penanya dan mengatakan kepadanya, apa yang bermanfaat baginya, daripada sesuatu yang lain. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw bersabda, "Berbicaralah kepada setiap orang sesuai dengan permahamannya."

Anda dapat membahayakan penanya dengan memberinya informasi faktual tentang Sufisme, jika kapasitas pengertiannya dilatih secara tidak sempurna atau salah.

Ini merupakan sebuah contoh. Pertanyaan yang baru saja dicatat ditanyakan. Anda menjawab, "Sufisme adalah pengembangan diri." Penanya akan mengasumsikan bahwa pengembangan diri bermakna seperti apa yang ia artikan.

Sekali lagi, jika Anda berkata benar, "Sufisme adalah kekayaan yang tidak terhingga." Orang yang tamak atau bodoh akan mendambakannya karena makna yang mereka letakkan pada kata kekayaan.

Tetapi jangan tertipu dengan berpikir bahwa jika Anda meletakkannya ke dalam bentuk religius atau filosofis, manusia religius atau filosofis tidak akan membuat ketamakan serupa, salah mengartikan, sebagaimana dia pikir, maksud Anda.
(Idris ibnu Asyraf)

INGATAN

Saat kita berkata, "Engkau adalah setetes air dari Lautan yang tidak terbatas," kita menunjuk pada kepribadian individualitas Anda saat ini, sebagai tetesan, pada seluruh kepribadian Anda di masa lalu, sebagai tetesan dan gelombang penerus, dan juga pertalian lebih besar yang menyatukan seluruh bentuk ini dengan tetesan-tetesan lainnya, sebaik dengan Keseluruhan yang lebih besar.

Saat melihat Keseluruhan ini, kita akan memandang sekilas suatu keagungan tetesan dalam fungsinya sebagai bagian Lautan kesadaran.

Untuk mengetahui hubungan antara tetesan dan Lautan, kita harus berhenti memikirkan ketertarikan kita tentang tetesan.

Kita dapat melakukan ini hanya dengan melupakan apa sebenarnya diri kita ini, dan mengingat bagaimana diri kita di masa lalu, juga mengingat apakah diri kita saat ini, apakah sesungguhnya kita; karena hubungan dengan Lautan hanya dalam suspensi, bukan kekerasan. Merupakan suspensi yang menyebabkan kita membuat asumsi-asumsi pengganti sementara yang ganjil tentang diri kita, dan juga membutakan diri terhadap realitas sejati.

Latihan mengingat keberadaan dan pengalaman-pengalaman terakhir dirancang untuk memberi kita kapasitas ingatan jauh ke belakang; mengingat bahwa yang mana dalam penundaan (suspensi) atau ditangguhkan, dan karena itulah kita menjadi lama, kendati kita tidak mengetahuinya.

Jika latihan pokok tentang mengingat ini tidak membimbing kita untuk mempertemukan jurang pemisah untuk mengingat leluhur kita, komitmen abadi, Perjanjian, maka salah satu dari tiga hal ini ada yang salah; guru, murid atau keadaan. Inilah mengapa kita mempunyai guru yang masih hidup, murid yang sadar dan keadaan yang benar.

Bahkan ucapan-ucapan sekarang hanya akan dicapai mereka yang dapat meraih. Merupakan pemeliharaan fisik, tetapi bagian kecil dari realitas mereka. Bebaskan mereka dengan seorang guru, tidak sendirian.
(Haji Bahauddin dari Bukhara)

PENGETAHUAN-TINDAKAN-CINTA

Cinta adalah Jalan menuju Kebenaran, Pengetahuan, Tindakan.

Tetapi hanya mereka yang mengetahui cinta sejati dapat mendekatinya dengan sarana cinta. Lainnya salah mengerti perasaan-perasaan lain terhadap cinta sejati tersebut.

Paling lemah dari semuanya adalah mereka yang mengidealkan cinta dan mencari untuk mendekatinya sebelum mereka memberinya sesuatu; atau mengambil sesuatu darinya.

Kebenaran adalah Jalan menuju Cinta, Pengetahuan, Tindakan. Tetapi hanya mereka yang dapat menemukan Kebenaran sejati dapat mengikuti Jalannya sebagai Jalan. Lainnya (tidak dengan benar karena mereka mayoritas) membayangkan bahwa mereka mungkin menemukan Kebenaran, kendati mereka tidak tahu ke mana mencarinya, sejak apa yang mereka sebut kebenaran adalah sesuatu yang kurang.

Pengetahuan adalah jalan menuju Tindakan, Cinta, Kebenaran. Tetapi karena bukan jenis pengetahuan yang dipertahankan masyarakat, mereka tidak mendapatkan manfaat darinya. Di mana saja, tetapi mereka tidak dapat melihatnya, dan menyebutnya sementara ada di samping sepanjang masa.

Tindakan, juga, adalah Jalan. Adalah Jalan menuju Cinta, Kebenaran, Pengetahuan. Tetapi tindakan apa, kapan dan di mana? Bertindak dengan siapa, dan apa tujuannya? Apa jenis tindakan yang kita maksudkan saat kita mengatakannya sebuah Jalan? Tindakan yang berbeda tersebut sebagai maksud, yang mungkin manusia menjalankannya tanpa mengetahuinya. Lagi, secara umum ia akan membenamkan dalam tindakan jenis lain, bahwa ia tidak akan dapat melakukan tindakan yang dibutuhkannya.

Jadi, kendati kita mungkin salah menilai karena mengatakan ini, kita menguatkan sebagai kenyataan, bahwa: Kebenaran Mulia memberkahi Guru dengan memahami pengetahuan tentang Jalan. Marilah kita tidak lagi berceloteh "Aku mencari Cinta"; "Aku menginginkan Pengetahuan"; "Aku mengharapkan Kebenaran"; "Tujuanku adalah Tindakan"; kecuali kalau kita ingin orang mengetahui bahwa kita hampa, dan sesungguhnya tidak mencari apa-apa.

Cinta adalah Tindakan; Tindakan adalah Pengetahuan; Pengetahuan adalah Kebenaran; Kebenaran adalah Cinta.
(Rauf Mazari, Niazi)

SIMBOL-SIMBOL

Manusia adalah simbol. Jadi merupakan sebuah sasaran, atau gambaran. Merasuk ke bawah sisi luar pesan dari simbol, atau engkau akan membuat dirimu tidur. Di dalam simbol terdapat rancangan yang bergerak. Ketahuilah rancangan ini. Untuk itu engkau perlu Pembimbing. Tetapi sebelum ia dapat membantumu, engkau harus bersiap-siap dengan melatih kejujuran terhadap tujuan penelitianmu. Jika engkau mencari kebenaran dan pengetahuan, engkau akan memperolehnya. Apabila engkau mencari sesuatu untuk dirimu sendiri, engkau mungkin memperolehnya, dan kehilangan semua kemungkinan lebih tinggi untuk dirimu sendiri.
(Khwaja Pulad dari Erivan)

KEBENARAN ITU SENDIRI

Ketika Sufi berkata, "Ini sendiri merupakan kebenaran," ia mengatakan, "Karena saat ini dan orang ini dan tujuan ini, kita harus memusatkan perhatian kita seolah kebenaran itu sendiri."

Dalam melakukan ini, Sufi membantumu dengan mengajari engkau, seyakin seperti yang dikatakan guru sekolah, "Ini A dan ini B, ini sendiri adalah kebenaran selama masa kita mempelajarinya.

Dengan cara ini orang belajar kemampuan membaca dan menulis. Dengan cara ini orang mempelajari wujud benda yang sebenarnya (metafisika).

Namun orang-orang tanpa pemahaman yang peka sering menyerang Sufi karena berperilaku demikian, karena mereka sendiri kurang sabar dan kurang bekerjasama. Bila engkau tidak memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengerjakan tugas ini, maka engkau dapat menuduhnya terlalu berdedikasi.

Ingat, jika anjing menggonggong dan suaranya mengganggumu, bisa jadi itu tanda bahaya darinya -- kalau engkau menganggap anjing itu menggonggong kepadamu. Engkau sudah salah paham terhadapnya.
(Hakim Tahirjan dari Kafkaz)

KESATUAN PENGETAHUAN

Apa yang kupelajari tentang Sufi adalah sesuatu yang tidak dapat dimengerti orang, karena tentang apa yang dia sudah memikirkan. Hal paling mudah diraih dalam Sufisme adalah salah satu yang paling sulit bagi pemikir biasa. Yaitu:

Seluruh penyajian keagamaan (religius) adalah aneka ragam dari satu kebenaran, kurang atau lebih menyimpang. Kebenaran ini menunjukkan dirinya sendiri dalam berbagai orang, yang menjadi cemburu karenanya, tidak menyadari bahwa perwujudannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Tidak dapat disampaikan dalam bentuk yang sama karena perbedaan pemikiran dalam komunitas berbeda. Tidak dapat ditafsirkan ulang, karena pasti tumbuh (sekali) lagi.

Dihadirkan lagi hanya oleh yang benar-benar dapat mengalaminya dalam setiap bentuk, manusia religius atau lainnya.

Pengalaman ini sangat berbeda dari apa yang sudah diyakini orang. Orang yang dengan sederhana berpikir bahwa ini pasti kebenaran logika, tidak sama seperti orang yang mengalami kebenaran tersebut.
(Khwaja Salahuddin dari Bukhara)

KALAU AKU MATI

Sekarang, kalau aku mati, mungkin engkau membaca suatu kebenaran tentang Sufi. Sudahkah informasi ini diberikan kepadamu, langsung atau tidak langsung, saat aku berada diantara kalian, kalian semua, menerima sedikit, menyuburkan ketamakan dan mencintai keajaibannya sendiri.

Maka ketahuilah, bahwa apa yang dilakukan guru Sufi untuk dunia dan masyarakatnya, besar dan kecil, sering tidak terlihat oleh para peneliti.

Seorang guru Sufi menggunakan kekuatannya untuk mengajar, mengobati, membuat manusia bahagia dan sebagainya, sesuai pertimbangan paling baik dalam menggunakan kekuatan. Jika ia tidak menunjukkan keajaiban padamu, bukan berarti ia tidak dapat melakukannya. Jika ia kurang menguntungkan dirimu dengan cara yang engkau harapkan, bukan berarti ia tidak mampu. Ia menguntungkan dirimu sesuai dengan kebutuhanmu, kelayakanmu, bukan menjawab tuntutanmu. Ia mempunyai tugas yang lebih tinggi; inilah apa yang ia penuhi.

Banyak diantara kalian sudah merubah hidupmu, diselamatkan dari berbagai risiko, diberi banyak kesempatan -- tidak satu pun dari kalian mengenalinya sebagai sebuah manfaat. Namun demikian, engkau memiliki manfaat ini.

Banyak dari kalian, kendati tengah mencari kehidupan yang lebih utuh, sama sekali tidak akan memiliki kehidupan bila tidak berusaha untuk Komunitas Sahabat. Banyak dari kalian yang miskin, akan dikutuk seandainya kaya. Banyak diantara kalian tetap kaya, karena adanya Manusia Bijak. Banyak diantara kalian yang ada di sekolahku berpikir bahwa kalian sudah kuajari. Kenyataannya, engkau hadir secara fisik dalam pertemuan-pertemuan kalian, sementara pikiran kalian ada di pertemuan lainnya.

Semua ini begitu asing bagi kebiasaan pemikiran kalian, bahwa engkau belum siap dalam posisi mengenalinya.

Tugasku adalah memberi manfaat. Tugas untuk membuat manfaat tersebut dapat engkau mengerti, adalah tugas orang lain.

Tragedimu adalah, sementara menungguku bersedia memberimu keajaiban dan membuat perubahan yang dapat dimengerti untukmu, engkau telah menciptakan keajaiban yang tidak kulakukan, dan membangun kesetiaan padaku, yang sama sekali tidak berarti. Dan engkau membayangkan "perubahan" dan "bantuan" dan "pelajaran" yang tidak terjadi (berlangsung). "Perubahan", "bantuan", "pelajaran", bagaimanapun ada di sana. Sekarang temukan apa sebenarnya itu semua. Jika engkau terus berpikir dan melakukan apa yang sudah aku katakan, engkau bekerja dengan materi-materi kemarin, yang sudah digunakan.
(Mirza Abdul Hadi Khan dari Bukhara)

BERKAH

Engkau yang berbicara tentang Berkah, mungkin musuh dari Berkah itu sendiri. Laki-laki maupun perempuan seharusnya menjadi musuh dari apa yang ingin ia cintai yang melekat dalam diri manusia -- tetapi hanya beberapa jenis manusia.

Dalam bahasa biasa, Berkah adalah sesuatu, yang melalui pengaruh keilahian, menyelamatkan manusia. Ini kebenaran; tetapi selamat hanya untuk sebuah tujuan. Lagi, dalam pembicaraan biasa, masyarakat berusaha memanfaatkan Berkah untuk memberi mereka sesuatu. Ini keserakahan yang samar. Orang-orang yang bertakhayul meminta Berkah dari makam orang suci. Memang ada, tetapi apa yang mereka dapatkan bukan Berkah, kecuali kalau tujuannya benar. Berkah melekat pada sesuatu seperti halnya pada masyarakat, tetapi hanya diberikan kepada yang layak. Karena tujuan praktis Berkah, sama sekali tidak ada di sana.

Ketika tidak ada Berkah sejati, dari kehausan manusia seperti itu, maka emosionalitasnya dianggap berasal dari harapan dan ketakutannya terhadap kebaikan Berkah. Jadi ia akan merasa bangga, kesedihan, emosi yang kuat, dan menyebutnya Berkah. Sesuatu yang sangat mudah dianggap sebagai Berkah adalah: suatu perasaan yang didapatkan manusia dari sesuatu yang aman, dikenal, menggetarkan.

Tetapi hanya kaum Sufi yang memiliki Berkah sejati. Mereka adalah salurannya, sebagaimana mawar sebagai saluran aroma wewangiannya. Mereka dapat memberimu Berkah, tetapi hanya jika engkau setia pada mereka, yang artinya setia terhadap apa yang mereka wakili.

Jika engkau mencari Berkah, temanku, carilah Sufi. Jika ia tampak brutal, berarti ia berterus terang, dan itulah takdir Berkahnya. Jika engkau ingin membayangkan, engkau akan sering-sering berada di dekat mereka yang tampak olehmu memberi jaminan dan pengangkatan depresi. Ambillah ini jika memang engkau perlu. Tetapi jangan sebut Berkah. Untuk mendapatkan Berkah, engkau harus memberi apa yang engkau miliki terus-menerus, sebelum engkau dapat menerima. Menerima sebelum engkau memberi adalah ilusi dan pikiran dosa. Bila engkau sudah memberi -- beri lagi, sepenuh jiwa.
(Syeikh Syamsuddin Siwasi)

AHLI BAIT

Jalan Sufi telah diteruskan melalui ahli bait (keturunan Nabi Muhammad saw). Namun demikian tidak turun temurun semata-mata berdasar garis darah. Inilah paradoksnya. Oleh karena sebagian akan berkata, "Jadi itu disampaikan sebagai suatu rahasia yang diwariskan hanya kepada sebagian kecil, yang dikasihi oleh ahli bait?" Namun itu tidak diturunkan hanya dengan cara demikian. Oleh karena itu, beberapa pakar logika mengatakan, hal itu pasti diturunkan melalui ahli bait yang ditemukan kembali dari sumber lain? Tetapi ini bukan metode penyebarannya. Tidak, melainkan diturunkan, dan masih dikomunikasikan, dengan Empat Cara. Sebuah jalan "yang ada" di sisi luar dari semua hal-hal tersebut. Bila engkau memahaminya, engkau pun memahami Rahasia. Kukatakan ini kepadamu karena bermanfaat, bukan untuk membingungkan.
(Pelayan Ahli Bait, dalam That Which is Most Hidden)

PENGETAHUAN

Pengetahuan umumnya dikacaukan dengan informasi. Karena masyarakat mencari informasi atau pengalaman, bukan pengetahuan, mereka tidak menemukan pengetahuan.

Engkau tidak dapat menghindar memberi pengetahuan kepada seseorang yang memang sudah ditetapkan. Engkau tidak dapat memberi pengetahuan kepada yang tidak-mampu; itu mustahil. Bila memilikinya dan ia mampu, engkau dapat menyiapkan seseorang untuk menerima pengetahuan.
(Sayed Najmuddin)

MEMASUKI, TINGGAL DAN MENINGGALKAN DUNIA

Manusia, engkau memasuki dunia dengan rasa enggan, menangis, sebagai seorang bayi yang terlantar;

Manusia, engkau tinggalkan hidup ini, dicabut lagi, menangis lagi, dengan penyesalan.

Oleh karena itu, jalanilah kehidupan ini dengan sungguh-sungguh, agar tidak satu pun yang tersia-siakan.

Engkau harus terbiasa dengan itu setelah tidak terbiasa.

Apabila engkau sudah terbiasa dengan itu, engkau harus terbiasa tanpa itu.

Meditasi terhadap pertentangan ini.

Oleh karena itu, matilah "sebelum dirimu mati", dalam petuah Orang Suci.

Genapilah lingkaran sebelum digenapkan untukmu.

Sampai engkau lakukan, kecuali kalau engkau memiliki -- lalu harapkan kepahitan pada akhirnya seperti halnya di permulaan; di tengahnya akan menjadi akhir.

Engkau tidak melihat sebuah pola saat engkau masuk; dan saat engkau sudah masuk -- engkau melihat pola yang lain.

Ketika engkau melihat pola yang nyata ini, engkau dihalangi untuk melihat sebuah benang dari pola yang akan datang.

Sampai engkau melihat keduanya, engkau tidak akan mengalami kesenangan -- Siapa yang engkau salahkan? Dan mengapa engkau menyalahkan?
(Hasyim Sidqi, pada Ar-Rumi)

BELAJAR DENGAN ORANG TERKENAL

Masyarakat cenderung ingin belajar dengan guru-guru terkenal. Namun selalu ada orang-orang yang tidak dihargai masyarakat, yang sebenarnya dapat mengajari mereka dengan efektif.
(Al-Ghazali)

Seorang guru dengan sedikit pengikut, atau sama sekali tidak ada pengikutnya, mungkin orang yang tepat untukmu. Sesuai dengan sifatnya, sedikit semut tidak akan berkerumun untuk melihat gajah, dengan harapan memperoleh keuntungan. Seorang guru terkenal barangkali hanya bermanfaat untuk Para sarjana (tingkat) lanjutan.
(Badakhsyani)

Bila seorang guru yang sangat terpercaya mengatakan kepadamu untuk belajar di bawah seseorang yang tampaknya kurang terkenal, ia tahu apa kebutuhanmu. Banyak murid merasa diremehkan dengan saran seperti ini, padahal sesungguhnya demi kemajuan mereka.
(Abdurrahman dari Bengal)

Telah kupelajari apa yang kupelajari hanya setelah guruku membebaskan diriku dari kebiasaan mendekatkan diri terhadap yang aku hargai sebagai guru dan pelajaran. Kadang aku tidak harus berbuat apa-apa sama sekali untuk waktu yang lama. Kadang aku harus mempelajari sesuatu yang tidak dapat kuhubungkan dengan pemikiranku, tidak peduli aku mencoba, dengan cita-cita lebih tinggi.
(Zikiria ibnu al-Yusufi)

Mereka yang tertarik oleh sisi luar, yang mencari tanda-tanda lahiriah seorang guru, yang menyandarkan diri pada emosi didalam mempelajari atau membaca buku yang mereka pilih -- mereka adalah lalat kolam Tradisi; mereka melompat dan meluncur di atas permukaan. Karena mereka memiliki kata-kata "dalam" dan "penting", mereka mengira, dengan tidak benar, bahwa mereka mengetahui pengalaman-pengalaman tersebut. Inilah mengapa kita mengatakan, untuk tujuan-tujuan praktis, bahwa mereka tidak tahu apa pun.
(Thalib Syamsi Ardabili)

Berhatilah-hatilah jangan salah mencerna sesuatu yang lain. Engkau boleh mengunjungi orang besar atau membaca bukunya, dan kau boleh merasa tertarik atau memusuhi. Seringkali hanya dicerna di kalangan murid.
(Musthafa Qalibi dari Antioch)

Jika memulai jalan sekali lagi, permintaanku adalah, "Ajari aku bagaimana belajar dan apa yang dipelajari?" Dan, bahkan sebelumnya, "Biarkan aku benar-benar mengharapkan belajar bagaimana caranya belajar, sebagai cita-cita yang benar, bukan semata-mata dalam tuntutan diri sendiri."
(Khwaja Ali Ramitani, menunjuk delegasi Yamani)

"PERBEDAAN" DALAM AJARAN SUFI

Ketika suatu bentuk ajaran Sufi muncul, banyak orang tidak mampu untuk mengakuinya. Mereka ini adalah kaum formalis Sufi, yang menyalin teknik dan mempercayainya sebagai jalan yang sama. Karena bentuk memiliki waktunya sendiri, seperti sebuah jubah lama, mereka yang semata-mata berusaha menandingi bentuk-bentuk lama tidak akan dapat mengenali bentuk-bentuk di masa mereka hidup.

Jadi, misalnya, Hallaj dilempari batu oleh beberapa orang yang menganggap diri mereka kaum Sufi, sebelum mereka memahami maksudnya. Karena itu, ketika jalan kaum Sufi pertama kali dikhotbahkan di masjid-masjid, beberapa berkata, "Ini bid'ah"; lainnya, "Ini rahasia, tidak boleh disiarkan". Para pendahulu adalah kaum pertapa sempit, penerusnya adalah konformis sempit terhadap sisi luar Sufi.

Sekolah-sekolah Sufi seperti gelombang yang menghantam batu: dari laut yang sama, dalam bentuk berbeda, untuk masyarakat yang sama.
(Ahmad al-Badawi)

MANA YANG KAU CARI - PENAMPILAN ATAU REALITAS?

Uwais al-Qarni berdiri sendirian di padang pasir, bersandar pada seorang pembantunya. Ia bertemu Nabi tidak dalam bentuk lahiriah; namun ia tahu rahasia para Sahabat. Dan tidak satu pun menolak bahwa dirinya adalah seorang Sufi; semoga Allah menyucikan kegaibannya!

Dzun-Nun al-Mishri bicara berbelit-belit, dan mengajar dengan tulisan Mesir kuno. Dan tidak satu pun menyangkal bahwa ia guru kita.

Al-Hallaj dan Suhrawardi, dibunuh atas keputusan pengadilan karena mengatakan hal-hal yang tidak populer di zaman kami; keduanya guru kami.

Guru kita Bahauddin dari Bukhara tanpa kata-kata berkomunikasi dengan hati kita. Namun ia bicara sejujur yang pernah dibicarakan orang.

Ahmad ar-Rifai yang didatangkan, untuk dirinya dan penerusnya, nama pembual, dan orang yang berperilaku yang bukan-bukan. Secara rahasia ia dipersatukan dengan kita.

Orang berpikir bahwa Jalaluddin dan Fariduddin Aththar hanyalah penyair.

Hafizh membicarakan Anggur, Ibnu al-Arabi tentang Perempuan, al-Ghazali tampaknya berbicara dengan kiasan.

Tidak satu pun menyangkal bahwa mereka adalah satu.

Semuanya ikut serta dalam tugas suci kita.

Syabistari berbicara tentang kemusyrikan; Maulana Chisyti mendengarkan musik; Khwaja Anshar seorang pemimpin religius. Khayyam, Abi al-Khair dan ar-Rumi menolak bentuk religius.

Tetapi tidak satu pun menolak diantara Orang-orang di Jalan bahwa semuanya adalah satu.

Yusuf Qalandar berkelana ke muka bumi.

Syeikh Syattar mengubah manusia dalam sekejap.

Ali al-Hujwiri dipandang hanya sebagai juru penerang.

Semuanya, sebagai satu, ikut serta pada tugas suci kita.

Abdul Qadir al-Jilani dari Persia, dan Salman serta Sa'di; Abu Bakr dari Arab, Nuri dan Ja'fari; Baba Farid, Ibnu Adham dari Afghan; Jami' dari Khurasan, Bektash dari Turki, Nizamuddin dari India, Yusuf dari Andalusia.

Semuanya, sebagai satu, ikut serta pada kerja suci kita.

Pikiran-pikiran dangkal bertanya, bagaimana perilaku kaum Sufi, yang menandai mereka sebagai Guru kita? Apa bentuk Latihan yang mungkin kita banggakan? Jalan apa yang akan membuat Jalan sesuai untukku? Tempat apa yang melahirkan Guru? Kebiasaan dan jaminan apa yang membawa manusia menuju Kebenaran?

Hentikan, engkau bodoh! Sebelum terlambat -- putuskan: apakah engkau ingin mempelajari penampilan, atau Realitas?
(Nawab Jan-Fishari Khan)

JALAN KAUM SUFI

Sufisme adalah ajaran sebaik persaudaraan kaum Sufi, orang-orang mistis yang berbagi keyakinan bahwa pengalaman batiniah bukanlah bagian dari kehidupan, tetapi kehidupan itu sendiri. Sufi berarti "cinta".

Pada pencapaian lebih rendah, para anggota diorganisir ke suatu lingkaran dan pondok-pondok. Bentuk yang lebih tinggi -- sakinah (kedamaian), mereka melambung bersama dengan barakah (berkah, kekuatan, kesucian) dan interaksi mereka dengan kekuatan ini berpengaruh dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Sufisme adalah jalan hidup, diyakini oleh anggota sebagai esensi dan realitas semua ajaran religius dan filosofis. Ajaran ini membimbing ke penyelesaian kaum laki-laki dan kaum perempuan, melalui institusi murid, meditasi dan praktek. Berikutnya adalah "realitas hidup".

Kebijakan atau penyelesaian, menurut kaum Sufi, dibedakan dari intelektualisme, keakademisan dan sebagainya, yang sekadar sebagai alat. Jalan, mengajarkan sampai tingkat mana alat ini dapat digunakan; dan juga bagaimana menggabungkan tindakan dengan takdir.

"Sufisme," kata guru, "adalah jalan yang diambil kaum Sufi dalam kehidupan dan pekerjaan nyata mereka sesuai bentuk yang berbeda dengan bentuk lain; yang menuntun mereka ke perkembangan mental, fisik dan kekuatan metafisik yang penuh. Awalnya mereka diorganisir ke dalam kelompok di bawah bimbingan seorang Pembimbing (guru) sampai hubungan pengabadian diri ditegakkan."

"Hubungan persahabatan disebut Persaudaraan, Aliran, dan Cara atau Jalan. Mungkin pula disebut Bangunan, sebagai analogi atas sesuatu yang dibangun oleh perkumpulan anggota. Guru disebut Syeikh, Orang Bijak,Yang Lebih Tahu, Pemimpin, Kuno atau Pengarah. Murid disebut Yang Diarahkan, Penggemar, Pecinta atau Calon."

"Pondok disebut biara, kuil, pertapaan dan sebagainya, yang mungkin memiliki bentuk fisik, mungkin pula tidak."

Tambahan pula sistem metafisikal saling dihubungkan dengan kehidupan biasa, Sufisme mempertahankan bahwa anggota-anggotanya akan unggul dalam pekerjaan terpilih mereka.

Sufisme adalah ajaran, tidak dengan metode membosankan seperti catatan buku atau ajaran "A sampai Z". Akhirnya, ketika hubungan sudah cukup mantap, engkau melanjutkan pelajarannya sendiri, dan menjadi "Pribadi Sempurna".
(Al-Insan al-Kamil)

Sufisme tidak dikhotbahkan, dan bahkan diajarkan pada beberapa kasus dengan contoh dan bimbingan yang mungkin tidak diketahui oleh murid fakultas biasa.
(Zhalim Abdurrahman)

KAUM SUFI

Ia mungkin seperti Khidr, Orang Berbaju Hijau, yang berkelana di muka bumi dalam berbagai samaran, yang sama sekali tidak engkau ketahui. Bila berada di "tempat"-nya ia akan ditemukan menggembalakan domba suatu hari, berikutnya minum dari piala emas bersama raja.

Bila ia gurumu, ia akan menguntungkanmu dari cahayanya, engkau ketahui pada saat itu maupun tidak.

Manakala engkau bertemu dengannya, ia akan bertindak terhadapmu, apakah engkau mengetahuinya atau tidak.

Apa yang ia katakan atau lakukan mungkin terlihat tidak konsisten atau bahkan tidak engkau mengerti. Tetapi memiliki makna. Ia tidak hidup sepenuhnya di duniamu.

Intuisinya adalah arahan yang sudah semestinya, ia selalu bekerja sesuai dengan jalan yang Benar.

Ia mungkin tidak menyenangkan dirimu. Tetapi itu yang akan diharapkan dan diperlukan.

Ia mungkin terlihat membalik kebaikan menjadi jahat, atau jahat menjadi baik. Tetapi apa yang sebenarnya ia lakukan hanya diketahui oleh Sebagian Kecil.

Engkau mungkin mendengar bahwa beberapa orang menentangnya. Akan engkau temukan, bahwa sebagian kecil orang memang demikian. Ia sederhana dan membiarkan dirimu menemukan apa yang harus engkau temukan dengan perlahan.

Ketika engkau pertama kali bertemu dengannya, ia mungkin tampak sangat berbeda dengan dirimu. Padahal tidak. Ia mungkin terlihat sangat sama seperti dirimu. Padahal tidak.
(Salik)

PARA SYUHADA

Manshur al-Hallaj dipotong-potong saat masih hidup, dan ia adalah syuhada Sufi terbesar. Tetapi dapatkah engkau sebutkan orang yang memotongnya? Suhrawardi dibunuh oleh hukum, tetapi siapa nama algojonya? Buku-buku al-Ghazali dilempar ke api, tetapi oleh tangan siapa? Tidak seorang pun mengingat nama-nama mereka ini, karena kaum Sufi menolak menyebut kembali nama-nama buruk. Siapa pun tahu nama al-Ghazali, Manshur dan Suhrawardi.

Tetapi ambillah cara lain. Kita ingat, dan kita menghargai nama guru-guru besar kita. Tetapi ingatkah kita apa yang sudah mereka ajarkan? Berapa banyak orang, bukan menjadi Sufi, yang memuja-muja sebutan salah satu dari ketiganya, sebagai balasan hukuman paling tinggi untuk pekerjaan mereka, merepotkan diri mereka sendiri untuk menyelidiki apa yang seharusnya dilakukan orang-orang tersebut dan yang sangat penting?

Kita mungkin tidak tahu nama-nama penjahat itu ..., tetapi penerus mereka membalas pada kita; karena mereka dianggap rendah di samping Hallaj, menerima lawan al-Ghazali sebagai salah satu dari mereka, dan menganggap bahwa Suhrawardi hanya terobsesi semata.

Mereka menuntut-balaskan diri mereka sendiri pada ummat manusia untuk melupakan mereka. Apakah kita membiarkan mereka menang, sekali dan untuk selamanya?

Siapa diantara kita yang mengikuti jalan, dan menjelaskan kepada kalangan akademisi dan para pendeta, "Cukup, saudara, al-Ghazali, Suhrawardi dan Manshur tetap hidup!"?
(Itibari)

AJARAN KAUM SUFI

Banyak orang berbuat baik, atau berkumpul dengan orang-orang bijak dan mulia, percaya bahwa hal ini adalah pencarian pengembangan diri. Mereka tertipu. Dengan nama agama, beberapa orang biadab telah melakukan ini. Mencoba berbuat baik, manusia melakukan sebagian dari aktkitas buruknya.

Kekurangan datang dari asumsi yang absurd bahwa hanya berhubungan dengan sesuatu yang bernilai, akan membawa keberuntungan yang sama pada individu yang tidak berubah.

Banyak yang lebih penting. Manusia tidak harus berhubungan dengan orang baik: ia harus berhubungan dengan bentuk yang memungkinkan mengubah fungsinya dan membuatnya baik. Seekor keledai yang berkandang di perpustakaan, tidak akan menjadi terpelajar.

Argumentasi ini salah satu dari perbedaan diantara ajaran-ajaran Sufi dan mencoba mempraktekkan etika atau pengembangan diri di dalam usaha yang lain.

Secara umum, pokoknya disia-siakan oleh pembaca atau murid. Thalib Kamal berkata, "Benang tidak akan menjadi mulia karena menembus diantara permata." Dan, "Kebaikanku tidak memajukan diriku, tidak lebih dari tempat sunyi yang disuburkan oleh adanya harta karun."

Harta karun adalah harta karun. Tetapi bila diambil untuk menciptakan kerusuhan lagi, harta karun tersebut harus dimanfaatkan dengan cara tertentu.

Khotbah mungkin bagian dari sebuah proses. Sarana untuk mengubah manusia tetap diperlukan. Sarana inilah yang menjadi rahasia kaum Sufi. Sekolah-sekolah lain, sangat sering, tidak berada pada titik di mana mereka dapat melihat di atas tahap pertama; mereka dimabukkan dengan penemuan etika dan kebajikan, yang oleh karena itu mereka simpulkan merupakan obat untuk segala macam penyakit.
(Abdal Ali Haidar)

BETAPA ANEHNYA MANUSIA

Coba bayangkan sejenak bahwa engkau adalah makhluk selain manusia. Tidak dirasakan oleh manusia, engkau memasuki salah satu tempat tinggalnya. Sebagai seorang peneliti, apakah menurutmu penyebab atau tujuan ia berbuat demikian? Asumsikan bahwa engkau tidak memiliki pengalaman tentang kemanusiaan.

Orang yang engkau teliti bermalas-malasan dan tidur. Engkau tidak tidur, karena engkau tidak dari alamnya. Bagaimana engkau dapat mengerti apa yang telah dilakukannya atau mengapa? Engkau akan terpaksa mengatakan, "Ia mati"; atau barangkali, "Ia gila"; atau lagi, "Ini pasti ketaatan religius." Engkau terpaksa, karena kekurangan materi yang menunjuk perilaku manusia tersebut, untuk menghubungkan mereka dengan tindakan paling dekat yang engkau ketahui, di dalam duniamu.

Sekarang, sementara kita masih memperhatikan orang ini, kita temukan ia sudah bangun. Apa yang terjadi? Kita mungkin berpikir, "Ia dihidupkan kembali secara ajaib," atau hal-hal serupa. Ia pergi ke sumber air dan mandi. Kita berkata, "Betapa anehnya."

Sekarang orang itu memasak sesuatu dalam sebuah panci, dan perlu membasahi keningnya. "Sebuah peribadatan religius ... atau barangkali ia adalah budak dari lompatan-lompatan aneh ini, benda bercahaya yang disebut api, dan harus melayaninya dengan cara demikian ..."

Singkatnya, apa pun yang ia lakukan tampak gila, tidak lengkap atau didorong oleh sebab-sebab yang muncul dalam imajinasi kita -- jika kita adalah pengunjung tersebut yang menggunakan skalanya sendiri, atau sama sekali tidak, untuk mengukur aktikitas manusia.

Begitu pula dengan kaum darwis. Ia tertawa, ia menangis. Ia baik, ia jahat. Ia bertobat, berbicara tentang anggur, menjauhkan diri dari manusia dan kemudian mengunjungi mereka. Ia melayani ummat manusia dan mengatakan bahwa ia melayani Allah. Engkau berbicara tentang Tuhan dan ia mungkin protes serta mengatakan kalau engkau tidak mengetahuinya. Apakah engkau mengubah orang seperti itu?

Ia manusia dari dunia lain. Engkau menghubungkan tindakannya dengan tindakan yang engkau ketahui; pengetahuannya adalah sesuatu yang engkau sebut pengetahuan; perasaannya engkau bandingkan dengan apa yang engkau rasakan. Asalnya, Jalannya, takdirnya; engkau melihat mereka keseluruhan hanya dari satu sudut pandang.

Betapa anehnya manusia!

Tetapi ada jalan untuk memahami mereka. Tanggalkan semua prasangka tentang kaum darwis. Ikuti penjelasannya atau simbol-simbolnya tentang jalan Sufi. Rendahkan dirimu, karena engkau adalah pelajar paling rendah dari semua pelajar; karena engkau harus tahu sesuatu yang dapat engkau pelajari. Tidak, aku tidak dapat mengajarimu jalan Qalandar. Aku harus memperingatkan dirimu. Pergilah, cari seorang Sufi dan pertama-tama mintalah maaf karena engkau tidak memperhatikan, karena engkau tidur sangat lama.
(Orasi Qalandar Puri)

PERKUMPULAN

Imam al-Ghazali mencatat, dalam Ihya' 'Ulumiddin, bahwa diantara guru-guru Baghdad, kendati jumlahnya lusinan, hanya dua atau tiga orang yang memimpin sedikit pengunjung. Guru-guru agung ini adalah beberapa dari mereka yang ajarannya telah memiliki pengaruh terbesar.

Selain itu, ada banyak ahli yang mengajar tanpa dipahami dan banyak yang tahu ia memiliki murid yang tetap tidak paham.

Kumpulan pertemuan, sudah diamati dengan benar oleh seorang guru, selalu cenderung kepada apa yang kita sebut bentuk sebuah suku. Orang suka berkumpul. Membesarkan perkumpulan adalah berbahaya, kalau tidak secara eksplisit mencegah pengetahuan dari sekadar sebuah asosiasi, dan tidak menciptakan perkumpulan orang-orang yang tepat, yang dapat memindahkan jiwa.
(Abdul Majid Tanti)

IMITASI DAN KEJUJURAN

Pembual, dukun, pembohong dan yang menipu, dari waktu ke waktu, kebanyakan dari mereka dikenal sebagai guru spiritual.

Karena orang yang pandai berpura-pura begitu umum dan banyak, orang menilai masing-masing dan setiap guru sesuai pada apakah ia berperilaku seperti mereka.

Mereka telah menerima prinsip yang salah. Lihatlah pada ratusan tiram dan ini memberitahumu bagaimana mengenali tiram lagi bila melihat salah satunya. Engkau tidak dapat mengatakan dengan cara yang sama, dimana tiram tersebut berisi mutiara.

Pemikiran manusia pada level rendah sesungguhnya adalah kaki tangan Sufi tiruan (palsu).

"Bagaimana engkau tahu Sufi sejati?" kau bertanya.

Kujawab, "Jujurlah, karena yang senang akan memanggil yang dicintainya." Jika engkau benar-benar jujur, engkau tidak perlu mengajukan pertanyaan tersebut. Kalau engkau tidak jujur, engkau tidak berhak mendapat lebih dari yang sudah engkau dapatkan.
(Haidar-i-Sirdan)

LAKI-LAKI DAN GURU

Seorang tukang bangunan ditugaskan oleh orang yang baik untuk membangun dan menyiapkan sebuah rumah yang akan diberikan kepada yang membutuhkan.

Tukang tersebut mulai bekerja; tetapi ia segera dikerumuni banyak orang. Sebagian dari mereka ingin belajar bagaimana membangun rumah. Dari mereka ini, hanya beberapa saja yang memiliki kemampuan. Sebagian lagi memprotesnya, berkata:

"Engkau memilih orang-orang yang kau sukai. " Lainnya mencacinya, "Engkau membangun rumah ini hanya untuk dirimu sendiri."

Tukang tersebut berkata kepada mereka, 'Aku tidak dapat mengajar setiap orang. Dan aku membangun rumah ini untuk mereka yang membutuhkan."

Mereka menjawab, "Engkau cuma beralasan setelah didakwa, dan sekadar menjawab saja."

Katanya, "Tetapi bagaimana jika benar? Apakah masih disebut kebohongan?"

Mereka berkata, "Ini tidak masuk akal; kita tidak akan mendengarkan."

Tukang tersebut melanjutkan pekerjaannya. Beberapa pembantunya menjadi begitu dekat dengan rumah tersebut, dan untuk kebaikan mereka sendiri, mereka diusirnya. Si pengumpat berteriak:

"Sekarang ia mulai menunjukkan warna aslinya. Lihat apa yang ia lakukan terhadap teman-temannya: diusirnya!"

Salah satu dari teman sang tukang menjelaskan, "Ia melakukan ini untuk alasan-alasan tertentu. Ini demi kebaikan orang lain."

"Lalu mengapa ia tidak berbicara untuk dirinya sendiri, menjelaskannya secara rinci kepada kita semua?" mereka berteriak.

Tukang batu, mengorbankan waktunya yang dibutuhkan untuk membangun, menghampiri mereka dan mengatakan:

"Aku ke sini untuk menjelaskan kepadamu apa yang aku lakukan dan mengapa."

Tiba-tiba mereka berteriak, "Lihat, setelah tahu orang sewaannya tidak dapat meyakinkan kita, ia datang sendiri, mencoba menipu kita! Jangan dengarkan ia."

Si tukang kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara yang lain berseru di belakangnya:

"Lihat bagaimana ia menyelinap pergi ... ia tidak dapat membingungkan kita, karena kita orang-orang yang berpikiran jernih."

Salah seorang, yang memiliki pemikiran lebih adil daripada yang lain, berkata:

"Tidak dapatkah kita sedikit menyesuaikan dalam masalah ini; barangkali ia benar-benar mencoba melakukan sesuatu yang baik. Di lain pihak, jika tidak, barangkali kita dapat menentukan situasi ini berdasar kenyataan, bukan pendapat."

Beberapa orang setuju, kendati kebanyakan menolak. Sebagian besar ini terbagi diantara mereka yang berpikir bahwa orang yang berpikiran jernih ada dalam pembayaran tukang, dan mereka yang berpikir bahwa ia kurang intelek.

Sebagian kemudian mendekati tukang batu dan berkata:

"Tunjukkan kepada kami otorisasi dari majikanmu yang murah hati, sehingga kami mungkin menjadi yakin!"

Tetapi ketika bukti otorisasi ditunjukkan kepada mereka, ternyata diketahui bahwa tidak satu pun dari mereka dapat membaca.

"Bawa ke mari orang yang dapat membaca, dan aku akan terbantu, sehingga kita dapat mengakhirinya!" ujar tukang bangunan.

Beberapa dari mereka pergi dengan muak, berkata:

"Kita minta bukti, dan segala yang ia lakukan adalah menggerutu soal bacaan dan tulisan..."

Lainnya mencari dan kembali dengan orang yang berakal cerdik dan ahli yang buta huruf, yang menyatakan bahwa mereka dapat membaca. Semuanya, beranggapan bahwa di dunia ini tidak satu pun yang dapat membaca, meminta sekantong besar uang kepada tukang tersebut sebagai penukar penegasan kebenaran otorisasinya. Tetapi si tukang menolak untuk bekerja sama dengan mereka.

Orang-orang yang bisa baca-tulis, engkau tahu, sangat langka di negeri ini. Mereka yang dapat membaca dan menulis tidak dipercaya oleh khalayak, atau lainnya.

Kenyataan dari situasi ini adalah, bahwa masyarakat menginterpretasi (memahami) mereka sesuai keinginan sendiri.
(Mudir Ali Sabri)

KEPATUHAN

Jika tidak dapat patuh, engkau tidak dapat belajar apa pun. Kepatuhan adalah bagian dari perhatian.

Engkau harus patuh kepada gurumu. Dari latihan patuh ini, engkau akan dapat belajar betapa tidak jujurnya pikiranmu.

Berkeluh-kesah dan mungkin menyesali kepatuhan, barangkali sesuatu yang dianggap pantas untuk dikerjakan. Pantas hanya untuk yang tidak pantas; mereka yang tidak dapat mencapai yang lebih tinggi.

Bila engkau diberi waktu, dan engkau tiba di tempat gurumu lebih awal, maka engkau tamak. Jika engkau terlambat, maka engkau tidak patuh.

Bila gurumu menyatakan bahwa untuk sementara engkau tidak perlu belajar, dan bahkan jika ia tampak meremehkan dirimu, tentunya untuk satu alasan. Ini sering dilakukan ketika belajar menjadi buruk bagi seseorang. Mencoba membuatnya berbuat yang lain kepadamu, adalah tindakan ketidakpatuhan.

Sholavi mengisahkan:

Pertama kali aku bertemu Pembimbingku saat aku berusia enambelas tahun. Ia setuju untuk mengajariku, dan memberiku tiga pelajaran. Aku tidak melihatnya, atau pernah mendengarnya, sampai usiaku empatpuluh satu. Kata pertamanya padaku pada peristiwa itu adalah: "Engkau dapat memulai pekerjaanmu sekarang."
(Umm al-Hasan)

PERTUMBUHAN, KEMEROSOTAN DAN PEMBAHARUAN

Ajaran sejati dimulai dengan para Pelindung, Raja Pengetahuan dan Pemahaman. Tidak dimulai dengan Cinta, Usaha atau Tindakan, karena cinta sejati, usaha dan tindakan hanya mungkin dengan pengetahuan sejati.

Tetapi ketika muncul terlalu banyak orang yang sedikit iri hati atau tetap dalam komunitas, mereka mengubah metode ke keyakinan, dan mempercayai apa yang mereka hendak lakukan.

Ada dua syarat yang dapat menuntun ke kebinasaan sebuah kelompok. Pertama, terlalu banyak ketidaktulusan pada orang-orang yang berkuasa. Lainnya, sedikit ketidaktulusan tersebar diantara semua anggota yang merupakan orang-orang egois.

Ketidaktulusan hati ini memperlambat perkembangan para pimpinan dan lainnya. Hanya mencari pengujian diri dapat diungkapkan kepada mereka. Bila tidak karena kekurangan ini, mereka dan komunitas akan sampai pada tujuan mereka. Sudah diketahui, tentunya, bahwa derajat harga diri yang bertambah buruk, kekurangmampuan menjadi korban penemuannya, atau bahkan merenungkannya.

Untuk kembali pada perilaku kelompok berpengaruh:

Individu-individu ini dan pengikutnya, memilih pemikiran dan tindakan yang melimpahi mereka sendiri dari harapan keberhasilan dalam pemenuhan manusia. Mereka mungkin membentuk organisasi permanen dengan tujuan untuk pencerahan. Barangkali mereka memberi setiap orang latihan dan peribadatan yang sama. Melupakan maksud asli, mereka membalik Praktek dan cerita-cerita ilustratif menjadi semacam sejarah, yang mereka coba ajarkan. Jika mereka memiliki literatur dan ingatan terhadap Para guru sezaman (master), mereka menggunakannya untuk mendukung kepercayaan dan kebenaran mereka sendiri dan ketepatan prosedur mereka sendiri. Mereka menggunakannya terus-menerus, kecuali satu metode interpretasi literatur dan tradisi, melatih masyarakat dan tidak memungkinkan mereka menjadi tercerahkan.

Pusat pada taraf ini secara efektif menghilang. Pekerjaan justru menjadi semacam kerajaan, asyik memelihara tanpa mengetahui apa yang dipelihara. Para pemimpin dan pengikut-pengikut mereka tetap mematung di dekat raga ini, membuatkan tempat imitasi yang memelihara bentuk-bentuk luar yang minor atau tidak relevan. Mereka umumnya menghargai emosionalitas kasar, di bawah nama lain.

Secara bersamaan, menjadi pemujaan berlebihan terhadap kelompok dan legenda, dan permusuhan dengan yang lain, dan kadang tidak sabar. Bagaimana awalnya satu kesatuan pecah menjadi kelompok-kelompok yang memiliki ragam interpretasi atau konsentrasi, umumnya sia-sia, dan observasi-observasi yang tidak akurat. Dengan titik ini seluruh realitas dan potensialitas terpecah. Komunitas secara efektif diserbu dan dirasuki tanpa perkembangan yang ditunjukkan oleh anggota-anggotanya. Kebenaran mungkin dikaburkan dengan penggunaan terus menerus oleh komunitas yang 'tidak masuk akal', kata-kata dan aspek-aspek lahiriah, kenang-kenangan biografis yang menunjukkan kesamaan dan wajah-wajah pengetahuan murni lainnya. Sudah pasti anggota-anggotanya akan percaya bahwa dengan tanda-tanda (bukti) tersebut mereka melanjutkan di jalan yang benar.

Harapan mereka untuk mendapatkan perbaikan kembali adalah di dalam latihan-latihan yang terkonsentrasi pada ketulusan.

Pola ini merupakan satu alasan mengapa dari waktu ke waktu para Pelindung harus muncul dan memberitahukan pada yang bersedia mendengar, pembaharuan tradisi yang luhur melalui tugas yang bertentangan. Mulai sekarang, secara alamiah bagi orang-orang yang tersesat, kata-kata ini akan terdengar aneh atau berlawanan, seperti pembicaraan yang masuk akal tetapi bagi orang gila tampak konyol.

Satu akibat dari kondisi ini adalah bahwa tanpa maksud demikian para Pelindung datang, secara beragam, keduanya terlalu antusias mendukung dan juga bertentangan bagi mereka sendiri dalam kelompok pengunjung yang berbeda. Kedua reaksi tersebut tidak menjanjikan, bila diharapkan, tanda-tanda, yang sama-sama tidak dapat disetujui seperti halnya sikap kelesuan.

Bekerja bersama, kelompok-kelompok harus menanggulangi tendensi-tendensi ini jika berhasil dalam menghidupkan kembali ajaran yang dicapai.

Ini cerita sepanjang masa di muka bumi. Satu-satunya perbedaan sejati adalah rentang waktu selama perilaku ini berlangsung. Mereka yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan, dan berpikir bahwa mereka mempunyai lebih banyak daripada cerita rakyat biasa tersebut, sedikit terbuka untuk pertimbangan yang sehat dan untuk sebuah ajaran, daripada mereka yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang Tradisi. Ironi ini merupakan komplikasi yang lebih jauh.

Dan walau mereka dapat membuat kemajuan lebih baik di dalam jalan, maka kulit luar perjalanan masa telah dilembutkan. Mereka kadang menyimpan kemampuan-kemampuaan yang keberadaannya melibatkan kita dalam sebuah kesempatan untuk penyelamatan yang ditunjukkan. Dalam memajukan tugas ini, berdasarkan pengetahuan kita tentang Tradisi, ajaran dan kondisi kelompok-kelompok, bahwa kita dapat melatih keahlian, tindakan, cinta dan usaha.

Ketika kulit ari masyarakat atau kelompok terlalu mengeras, beberapa individu dan komunitas akan tetap menyukai hal-hal sulit yang dengan cepat terseret arus sungai, tanpa peduli.

Air perasaan dan pemahaman tidak akan dapat melembutkan mereka, membantu mereka tumbuh menjadi semaian sebelum mereka mencapai bendangan di mana mereka akan bertumpuk, yang ditinggalkan dan sayangnya, hal ini tidak dipahami.
(Nawab Muhammad Ali Shah, Nishari-i-Ghaib)

MEMBACA FILOSOFI SUFI

Membaca sesuatu dan segala sesuatu dalam Sufisme seperti membaca segala macam buku dengan subyek berbeda tanpa dasar yang penting. Suatu malapetaka, seperti halnya pengobatan secara serampangan, mungkin membuat manusia malah lebih buruk daripada sebelum membacanya.

Tulisan-tulisan Sufi senantiasa ditujukan untuk pengunjung khusus. Pengunjung ini tidak sama di Bukhara dengan di Basrah, di Spanyol dan di Afrika.

Namun nilai kumpulan pelajaran khusus dari bacaan-bacaan Sufi yang dibuat seorang Sufi tidak dapat dilebih-lebihkan.

Nilai-nilai tersebut termasuk:

Pilihan bagian-bagian yang akan membantu komunitas menemukan jalannya.

Persiapan murid, untuk pencerahan yang diberikan guru secara pribadi bila waktunya siap;

Suatu perbaikan terhadap pengulangan-pengulangan doktrin dan praktek biasa yang membosankan, yang pudar tanpa diketahui.

Suatu perbaikan terhadap kegembiraan yang kita alami setiap hari, dan yang memanipulasi kita tanpa kita ketahui.

Oleh karena itu, bacalah, apa yang sudah disiapkan untukmu, sehingga engkau memperoleh berkah dari kebahagiaan abadi.
(Hadrat Bahauddin Naqsyabandi)

__________________________________________
Source :
Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat oleh Idries Shah
Judul asli: The Way of the Sufi, Penterjemah Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha
Penerbit Risalah Gusti, Cetakan Pertama Sya'ban 1420H, November 1999

ShareThis