Rosululloh Bersabda :
Tidak Sedikitpun yang akan menimpa seorang hamba yg beriman, baik berupa sakit,lelah,duka cipta,ataupun penyakit yg menyusahkan, kecuali Alloh SWT mengampuni dosa2nya.
Dlm Kitab taurat Duka Cita disebutkan : Jika Alloh mencintai Hambanya, mk hatinya meratap, Jika Alloh membencinya, maka hatinya menjadi Keras. dan Diriwayatkan Rosululloh SAW selalu berduka cita apabila berfikir ttng (dunia).
Syekh Sufyan Uyainah berkata: Apabila org berduka cita karena Menangis untuk kepentingan Umat maka Alloh akan memberikan Rahmat kpd Mereka.
Menurut Arifbilah "Apa Indikasi orang Berduka Cita..?"
Banyak MENGELUH , Jawabnya.
Duka Cita Bisa terjadi dlm keadaan Susah,sakit,tertekan,stress, dan Bahkan Duka Cita bisa dalam keadaan Lapang yaitu,tidak pandai bersyukur,Hati Keras,Kesombongan diri,dan Kemunafikan Menampakan.
Duka Cita Karena Akhirat adalah terpuji Sedangkan Duka Cita Dunia Tercela,dan Segala Duka Cita adalah keutamaan untuk Mengkoreksi diri,tafakur, agar jiwa menjadi semakin Tahu Akan Tuhannya,dan Keutamaan seorang Mukmin selagi bukan Maksiat,jika tidak memberikan Keutamaan pasti memberikan Kebersihan Jiwa,Adapun Orang Shaleh Abid,dan Ahl Khawas Mengatakan : Bahwa Apabila saya melihat Berduka Cita maka saya ucapkan salam.
Menurut Ulama Salaf Kebanyakan seorang Mukmin mendapat Pahala Syurga dlm catatan amalnya adalah terlalu banyak Duka dan Susah,Segala Sesuatu adalah Dzakat Dzakat Ramadhan Adalah Dzkat Fitrah, Dzakat Harta Adalah Dzakat Mall,sedangkan Dzakat amal adalah duka citanya aqal dlm keadaan Susah.
Orang-orang Berduka cita tidak lepas dari permohonan orang yang berduka cita, Bersungguh2lah mencari Duka Cita agar ia bisa menangis kpd Alloh dan sadar akan kelemahan Dirinya,setelah itu Memohonlah kpd Alloh.
Atau Siapa yang dapat Mengabulkan Do'a orang yang berada dalam Keterpaksaan(Duka Cita,susah) Apabila ia berdo'a kepadanya.
(An-Naml 27-62).
Galilah Mutiara Hikmah Tersembunyi dibalit itu Semua, Buat Ananda Sukma Rahayu.
Segala Puji Bagi Alloh yang Telah Menghilangkan Duka Cita dari kami.
(QS. Fathir:32).
