Al- Hikam :Penyakit Hati: Keangkuhan dan Kelengahan
[Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]
Orang-orang yang angkuh ataupun yang lengah (ghaflah) dipalingkan dari ayat-ayat kekuasaan dan kebesaran Allah, pemahaman rahasia-Nya, serta penyaksian cahaya-cahaya-Nya sebagaimana dalam firman-Nya:
“Akan Kupalingkan dari ayat-ayat-Ku (tanda-tanda kekuasaanKu) orang yang menyombongkan diri tanpa alasan haqq (yang dibenarkan) di muka bumi, dan sekalipun mereka melihat semua ayat itu, mereka tiada juga percaya. Dan, sekalipun mereka melihat jalan kebenaran, mereka tiada juga menempuhnya. Tetapi, jika mereka melihat jalan kesesatan, akan mereka tempuh dengan menganggapnya sebagai jalan kebenaran. Sebabnya adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan lalai terhadapnya.” (QS Al-A’raf [7]: 146)
Demikianlah Allah Swt. melukiskan orang-orang yang angkuh dengan berbagai sifat tercela, antara lain kelalaian akan ayat-ayatNya yang membuat mereka dipalingkan dari kebenaran karena keangkuhan dan kelalaian mereka sendiri. Keangkuhan dan kelalaian termasuk di antara penyakit yang mengakibatkan ketidakmampuan memahami ayat-ayat Allah selama si penderita belum bangkit dari kelalaiannya dan sembuh dari penyakitnya. Bagaimana mungkin orang yang selalu takabur dapat memahami ayat-ayat Allah, sedangkan kecongkakannya melangit, tak bersedia merendah bagi kebenaran dan ahlinya, dan karena itu hatinya dikunci mati oleh Allah sebagaimana dalam firman-Nya:
“Demikianlah Allah mengunci mata hati setiap hati orang yang takabur lagi menyalahgunakan kekuasaan.” (QS Al-Mu'min [40]:35)
Demikian pula orang yang lalai. Sebab, kelalaiannya telah memalingkan hatinya dari pemahaman akan ayat-ayat Tuhannya dan menjadikan dirinya membelakangi kebenaran serta berpaling menjauhkan diri dari Allah Swt. Oleh sebab itu, Allah Swt. memerintahkan Nabi-Nya agar menjauhi orang yang berpaling seperti dalam firman-Nya:
“Karena itu, jauhilah orang yang berpaling dari peringatan Kami dan hanya menginginkan kehidupan duniawi.” (QS Al-Najm [53]: 29)
dan juga firman-Nya:
“Janganlah turuti orang yang hatinya Kami biarkan lalai mengingat Kami. (QS Al-Kahfi [18]: 28)
Maka, waspadalah dan jauhkanlah dirimu sejauh-jauhnya dari sifat takabur. Sebab, ia adalah penyakit yang menimpa iblis sehingga mencegahnya dari menaati Allah ketika diperintahkan untuk bersujud kepada Adam a.s. Bahkan, ia berani membangkang dan bertakabur. Dan, dengan ketakaburan dan pembangkangannya itu, patutlah ia terhinakan, terkutuk, dan terusir dari rahmat Allah serta terjerumus dalam nestapa abadi. (Semoga Allah mengaruniai kita keselamatan dari segala bala’ dan penyakit.)
Waspadalah pula agar kita tidak berlalai-lalai, lupa akan Allah, sebutan nama-Nya, dan kehidupan akhirat. Sebab, kelalaian termasuk di antara penyebab terbesar kehancuran yang mendatangkan berbagai ragam kejahatan dan penderitaan di dunia dan akhirat.
“Sungguh orang yang tiada mengharapkan pertemuan dengan Kami tetapi senang dan puas dengan kehidupan di dunia dan tiada memerhatikan ayat-ayat kami, merekalah yang tempat tinggalnya api neraka disebabkan apa yang mereka lakukan.” (QS Yunus [10]: 7-8)
“Mereka mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia dan tentang akhirat mereka dada peduli.” (QS Al-Rum [30]: 7)
Perhatikan, betapa Allah Swt. meniadakan ilmu pengetahuan pada diri mereka. Padahal, sesudah itu Dia menyatakan bahwa mereka "memiliki ilmu tentang kehidupan duniawi". Kemudian, Dia menutup keterangan-Nya itu dengan melukiskan mereka sebagai orang-orang yang melalaikan akhirat.
Ketahuilah ini dan camkanlah baik-baik. Hanya Allah yang memberi taufik, tiada tuhan selain Dia.
Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!