Pelajaran dari Kucing

16 November 2011


Said Nursi dilahirkan di Nurs, Anatolia, Turkey, pada 1877. Dibesarkan dalam keluarga yang sangat wara' dan berpegang teguh dengan ajaran Islam. Said Nursi sejak kecil  memiliki pemikiran dan kefahaman serta kecerdasan yang luar biasa. Pemikiran Said Nursi yang aman damai, membentuk peribadi berani, pantang menyerah dan berterus terang. Itulah sifat Nursi, malah sifat masyarakat Timur dan Turkey hingga hari ini.

Kebolehan Said Nursi menguasai ilmu agama juga moden tidak dapat di sepelekan. Seluruh Timur Turki hingga ke Istanbul, beliau faham benar dengan keilmuwan Nursi dan juga upayanya berdebat. Ketokohan Nursi dalam ilmu dan perjuangan tersebar ke seluruh dunia Islam. Tiada siapapun yang dapat mengalahkannya. Keberaniannya sungguh luar biasa. Nursi menyertai perang dunia pertama sebagai panglima perang kepada askar Artartuk yang mempertahankan Timur Anatolia dari serangan Rusia.

Suatu ketika sedang di rumah Said Nursi  terlintas di fikirannya apabila melihat makhluk kecil yang bernama kucing, kenapa ia dikatakan makhluk yang diberkati seperti sabda nabi sedangkan ia tidak melakukan pekerjaan sebagaimana hewan lainnya. Kucing hanya bermain, makan dan tidur. Said Nursi sering ditemani oleh tetamu kecil empat ekor kucing semasa dalam buangan.

Tiba-tiba pada suatu malam ketika Said Nursi di pembaringan, datang salah seekor kucing menghampiri bantalnya. Kucing itu menghampirkan mulutnya ke telinga Nursi lalu berzikir secara jelas "Ya Rahim, Ya Rahim, Ya Rahim, Ya Rahim..."

Nursi dapat merasakan seolah-oleh kucing itu sedang menjawab lintasan fikiran beliau yang merendahkan dan menghina keberadaan sekelompok kucing. Nursi juga merasakan lafaz zikir "Ya Rahim...Ya Rahim..." yang keluar dari mulut kucing itu seperti suatu tamparan ke wajahnya.

Pada ketika itu terlintas pula di fikiran Nursi, "Agaknya zikir Ya Rahim...Ya Rahim... ini khusus untuk kucing yang seekor ini saja yaitu tidak semua kucing berzikir yang sama. Atau adakah zikir "Ya Rahim" ini  umum untuk seluruh kucing? Nursi tertanya-tanya lagi.

Nursi juga tertanya-tanya adakah zikir kucing ini hanya didengarkan kepada manusia sepertinya ia yang mempersoalkan dan mempertikaikan pikirannya? Atau manusia lain yang memerhatikan dan mengambil perhatian juga akan mendengar zikir "Ya Rahim...Ya Rahim" ini?

Kemudian Nursi terdengar pula kucing-kucing lain mengulang-ulang zikir yang sama seperti kucing tadi "Ya Rahim...Ya Rahim... dengan nada yang bergesa-gesa tinggi dan rendah. Namun tidak sekuat kucing yang menghampiri telinganya tadi. Semakin lama Nursi mendengar semakin jelas lantunan kucing-kucing itu menyebut Ya Rahim... Ya Rahim... sehingga zikir itu menjadi semakin lama semakin fasih dan penuh kesedihan tanpa keluar huruf pun. Ketika mulutnya ditutup juga tetap melantun zikir Ya Rahim Ya Rahim dengan baik sekali. Kucing-kucing itu seperti merayu kepada Tuhannya yang bersifat al-Rahim. Itulah zikir dan munajat seekor kucing.

Nursi menceritakan kepada saudara-saudaranya Tulab Nur, mereka juga mencoba memerhatikan kucing dan mereka turut mendengar zikir Ya Rahim yang sama. Ketika itu terlintas di hati Nursi Kenapakah kucing-kucing ini berzikir dengan nada insan dan tidak berzikir dengan nada hewan? Nursi kemudiannya mendapat lintasan hati, kerana kucing ini hewan yang baik, lemah lembut, halus sebagaimana anak-anak kecil. Ia hidup bercampur dan bergaul dengan manusia malah menjadi kawan. Kucing sangat memerlukan belas kasihan  dan kasih sayang manusia.

Setelah kucing-kucing itu mendapat kasih sayang dan perhatian daripada tuannya, seperti ia telah mendapat makanan dan bermain ia lantas meninggalkan tuannya tanda bersyukur kepada Tuhan. Ia pergi istirahat sendiri dan mengucapkan syukur kepada Tuhannya, tidak terikat kepada sebab sebagaimana anjing yang tunduk kepada tuan. Sebab yang Nursi maksudkan di sini ialah manusia yang menyayanginya dan memberinya makan.

Keadaan kucing ini haruslah manusia mengambil pelajaran, supaya tidak terikat dengan sebab sebaliknya menyatakan syukur hanya kepada Tuhan.


Lalu Nursi mengingatkan itulah kasihan belas Allah kepada makhluk lemah seperti kucing, berkat melimpah disebabkan kucing. Kalaulah hewan pun Allah begitu kasih, apalagi manusia makhluk yang paling mulia. Apakah sekiranya manusia itu keluarga, dan apakah sekiranya keluarga yang lemah itu ibu dan bapa kita yang tua dan telah berkorban untuk anak-anak suatu masa dahulu. Nursi berpesan supaya kiaskan juga sekiranya di rumah kita ada anak-anak yatim, anak-anak cacat dan tidak upaya. Keberkatan akan melimpah dengan adanya makhluk lemah di dalam rumah kita.

Source: Rasail Nur: Al-Kalimat 24 dan al-Maktubat 21.

ShareThis