Kajian Dan Haqeqat Doa

20 January 2012






Assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Bismillah..

Segala puji Bagi Allah Yang Melapangkan Qolbu hamba-hamba yang di cintainya, dengan keterikatan sempurna, Melapangkan Qalbu dengan Kecintaan besar, meliputi mereka yang di istimewakannya, dengan Cinta dan di beriNya Nikmat, Dia menganugrahi Harapan Berdoa, Menyalakan Cahaya di hati mereka dengan Cinta (Mahabah) yang menyala, menarik mereka ke Alam Karunia dan Kemurahan, juga ke Tempat Anugrah dan Kemuliaan, Dialah yang Memberikan Kepada Penunjuk jalan Pahala orang yang Mengikutinya,

Kami MemujiNya dan Dialah yang pantas untuk menerima Pujian, Dialah yang layak sebagai Harapan dan tujuan Berdoa dan Berdzkir. Karena Dialah Pemilik Segala kebaikan dan Dialah Tujuan dari Segala Tujuan Tercinta yang mencintaiNya, Tidak ada SelainNya, Shalawat serta Salam atas sebaik-baik Nabi, Rosul Termulia dan Teragung, yang menjadi Harapan tercapainya segala Kecintaan, Juga kepada Keluarga, Sahabat, Pengikut dan Golongannya, Sepanjang Kemauan Orang bercita-Cita menuju Bukit Kedudukan Kecintaan (Uns) dengan Berbekal ke ihlasan dan Niat baik, kemudian kembali membawa keberuntungan dengan Tercapainya Segala Harapan. Amma Ba'du.


Ud-uu Rabbakum thadhorru an wa khufyatan
Berdoalah Kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut.
(QS. Al-Araf :55)

Ud-unii Astajib lakum 
"Berdoalah kepadaku, niscaya akankuperkenankan bagimu"
(QS. Al- Mu'min : 60)

Ad-dua-u mukhul ibadah 
Doa adalah otaknya ibadah [ HR, Turmudzi ].


Doa adalah Wujud dari ketundukan, kerendahan hati dan merunduk kepada Allah (swt), Tuhan Maha Pencipta dan Doa adalah wujud nyata dari ketidak berdayaan dan kelemahan diri manusia di hadapannya. Sebuah doa tidak semata-mata di persepsikan dengan ke ijabahannya karena langsung di terima oleh Allah dan diberikan kepada orang yang berdoa sesuai apa yang di minta. Sajatinya makna doa adalah berkaitan dengan keterpanggilan jiwa, diri seorang hamba untuk berdoa dan bagaimana Hamba itu berdoa dengan sungguh -sungguh seperti halnya bersimpuh di hadiratNya. Jika doa itu dikaitkan dengan apa yang diminta oleh hamba itu dan Allah mengabulkan, sesungguhnya, hamba tersebut hanya mendapat satu pahala, Namun, jika Doa hamba ini dikaitkan dengan Motivasi keterpanggilan dan kesungguhan untuk menunjukan Kerendah hatiannya, Tawadhu kepada Allah Maha pencipta, serta ijabahnya maka orang yang berdo'a itu akan mendapat Pahala, bukan satu pahala melainkan seribu satu pahala, Doa yang adalah fasilitas, Tawasul, dan kesempatan untuk menemui Rindu Sang Kekasih ia juga mendapatkan Seribu satu Kerahmatan, Ketinggian Derajat, dan Keluhuran dari Allah SWT di tengah-tengah kehidupan manusia.


Sahal bin abdullah berkata , " Allah telah menciptakan mahluk, lalu berfirman "berdoalah kepadaku jika tidak mau, lihatlah kepadaku, jika tidak mau, berikanlah kebutuhan-kebutuhan kepadaku" menurut ulama salaf " Doa yang paling mudah di kabulkan adalah di waktu sedang terjepit dan doa dalam kebutuhan mendesak maka banyaklah gemar berdo'a dan semata-mata karena Allah SWT dalam memenuhi kebutuhan  hari itu.

Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat mengenai mana yang lebih utama, berdo'a ataukah Tawakal dengan Ridha dalam menentukan ketentuan Allah SWT, Pendapat pertama mengatakan bahwa do'a adalah ibadah sebagaimana di sabdakan Rosululloh bahwa " Do'a adalah otaknya ibadah" karena itu, melaksanakan ibadah lebih utama daripada meninggalkannya. Berdoa adalah Haq Allah swt yang harus dipenuhi, Jika do'a belum di Kabulkan dan belum tercapai apa yang di inginkan, maka dia telah melaksankan Haq Allah karena haqeqat doa adalah 'Ungkapan kebutuhan ibadah".


Sedangkan Pendapat kedua adalah bahwa Diamnya orang Tawakal dan pasrah kepada Allah terhadap segala keputusan Allah swt lebih sempurna dan ridha dengan apa yang di dapat,  Rosululloh bersabda dalam suatu hadis Qudsinya :
" Barang siapa yang lebih sibuk berdzkir kepadaku daripada berdo'a , maka aku pasti memberikan kepadanya yang lebih utama daripada yang diberikan kepada orang-orang  yang meminta."

Suatu kaum mengatakan bahwa seorang hamba harus berdo'a dengan lidahnya dan ridha dengan hatinya agar ia mendapat keduanya, Dan, lebih baik dikatakan Waktu itu  akan sama keadaannya, Karena itu dalam kondisi tertentu doa akan lebih utama daripada diam, Hal ini termasuk Tatakrama. dalam kondisi lain dia lebih utama daripada berdo'a, hal ini juga termasuk etika berdoa, jadi jika Hatinya merasa bahwa berdoa itu lebih baik (berhajat kepada Allah),  maka berdoa lebih baik, dan jika hatinya tidak ada permintaan (berhajat kepada Allah) maka berdzkir dan mengingat Allah adalah lebih sempurna. Dikatakan Ulama Arifbillah bahwa sebaik-baik perbuatan bagi seorang hamba adalah tidak lupa dan lalai dari mengingat Allah, ia harus memperhatikan kondisinya, jika ia merasa lebih lapang saat berdoa maka lebih utama, namun jika hatinya merasa cenderung  berdzkir Mengingat Allah dan bertafakur maka tidak berdoa lebih utama, memang benar ada pendapat yang mengatakan bahwa :

" Setiap muslim mempunyai bagian  (nasib) dan Allah mempunyai hak, maka dalam hal ini berdoa lebih utama"  tetapi bila dominan qalbu untuk berdzkir (mengingat Allah ) maka lakukan untuk haknya Allah maka itu lebih sempurna , dikatakan bahwa hadis Qudsi : Allah berfirman " Hai jibril, penuhilah kebutuhan hambaku karena saya tidak suka mendengarnya".

Termasuk Tata krama dalam berdoa adalah Mengosongkan ingatan selain kepada Allah dan khusu dengan menghadirkan hati dan tidak lengah dalam berdoa, Rosululloh bersabda :
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa seseorang hamba yang lalai hatinya"
[ HR. Turmudzi di riwayatkan oleh Abu Hurairah r.a ].

 Dan juga syarat-syarat berdoa adalah menjaga makanan yang halal.

Perbaiki pekerjaanMu (carilah yang di halalkan Allah) maka doamu di kabulkan.
[ HR. At- Thabrani ]


Keutamaan doa adalah dengan menunjukan kebutuhan kepada Allah, jika tidak maka Allah akan melakukan apa saja yang dikehendakinya, Maka dari itu Para ulama Arifbillah mengatakan : Doanya orang awam adalah ucapan, Doa ahli Zuhud Adalah perbuatan, dan Doa Ahli makrifat adalah dilakukan dengan keadaan'

Menurut para Ahli Haqeqat :
" Doa itu menghadap kepada yang Maha Benar dengan Lidah malu, syarat doa itu adalah Meyakini ketentuan Allah dengan Ridha, dan bagaimana kamu menunggu keterkabulan sedangkan kamu menutup jalannya dengan perbuatan dosa'


Biasanya seorang Berdoa memaknai dalam masa Tunggu di kabulkanNya sebuah doa. seorang yang Gemar berdoa menunggu hasil dari sebuah hasil kerja,  Mereka berpresepsi bahwa masa menunggu, baik terhadap hasil dan doa yang dipanjatkannya maupun proses hasil usaha , senantiasa di hubungkan dengan pernyataan Nabi " Menunggu untuk  ibadah yang luhur nilainya" jadi, menunggu tidak dipersepsikan orang adalah sebuah penderitaan. Karena itu, pengamal doa menyikapi doa sebagai sesuatu yang PASTI di terima oleh Allah swt, namun hasilnya ada yang di berikan langsung sesuai doanya, ada yang tertunda waktunya, dan ada pula hasil dalam bentuk yang lain, yang Esensinya, sesungguhnya dengan apa yang diminta dalam doa itu.

Dalam kaitannya dengan Waktu dan Ijabah doa Sa'ah wa makanul ijabah min ad-du'a seorang berdoa harus dengan Momentum IJABAH ketika dilakukan pada saat : selesai Shalat Wajib, Shalat sepertiga malam, sedang dalam keadaan Berpuasa, dalam perjalanan Shafar, Mencari kebajikan, Orang yang Teraniyaya,  menengok orang sakit,  menghadiri Ijab Qabul dalam Perkawinan, Waktu-waktu tersebut sesungguhnya penegasan Nabi Muhammad SAW tentang tempat dan waktu Ijabah, antara lain : Baitullah di Makkah, Raudhah di madinah, Padang Arafah, dll  Sesungguhnya Ijabah doa adalah sebuah sapaan Allah bertemunnya Getaran-getaran Kerinduan, kecintaan, Kekhusuan, Ketawadhuan dan merunduknya seorang Hamba dengan Qodrat dan Iradatnya Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.



Seolah -olah Sang Peneliti 
Menggembalakan getaran Hatiku
Saat yang lain menjaga Pandangan dan lidahku
Tidak lintasan pandangan yang jauh di Kedua Mataku
Yang dapat menjelekanMu
Selain enkau mengatakan 
Sungguh telah memandangku

Tidak ada kemilauan Kata yang Keluar
Dari mulut tanpaMu
Selain Engkau mengatakan 
Sungguh telah mendengar Pendengaranku
Tidak ada getaran yang bergetar di hatiKu
Dalam KejauhanMu
melainkan Naik dengan PertolonganMu
Kawan kawan Karib yang membosankan ucapan mereka
Saya menahan pandangan dan Lidahku dari mereka
Tidaklah Ku Zuhud Menjauhkan Mereka
Hanya Saja Karena Perjumpaanku DenganMu
Dalam Kesaksianku di Semua Tempat.


Semoga Dengan KemurahanNya Menjadikan Kita Gemar Berdzkir, Berdoa, Berilmu dan Beramal shaleh dan memberikan Anugrah Keselamatan Hati, Jasad, Agama dan dunia maka inilah yang terbaik di dalamNya terdapat Keselamatan dan Keuntungan.

Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam, Shalawat atas junjungan nabi Muhammad SAW, Keluarga, Sahabat dan para Tabi'in, Amiin.


Sumber Rujukan :
* Ar-Risalatul Qusyairiyah fi Ilmit Tashawwuf
   Al Alamah Arifbillah Abul Qasim Al Qusyairi An- Naisaburi Damaskus - 1419H
* Al-Hujwiri Kasful Mahjub  Cairo Cet. 1993
* Al- Ghazali Mutiara Al-Iya Ulumuddin , Bandung 1997
* Mutiara Hadis Nabi
  

By : Luciola Eberta jovita


ShareThis