Setelah dilahirkan, Rasulullah SAWW menamainya Husein (Hasan dan Husein adalah nama yang tidak pernah ada sebelum kehidupan mereka, Allah dan Rasulnya telah mempersiapkan dua nama ini untuk mereka). Setelah itu, ia menciumnya dan menangis seraya berkata: “Musibah besar telah menunggumu. Semoga Allah melaknat pembunuhmu (maksud Rasulullah SAWW adalah Yadiz bin Muawiyah laknatullah, penulis)”.
Silsilah :
Imam Al-Husain memiliki 4 orang putra dan 2 orang putri, diantaranya adalah:
Ali bin Husain al-Akbar
Dijuluki Abu Muhammad bergelar Zainal Abidin mempunyai 3 orang putra :
Zaid yang berputra 3 orang :
Muhammad
Isa
Yahya
Umar dengan laqob Al Asyraf yang berputra :
Ali yang berputra :
Al Qasim yang berputra :
Muhammad dengan laqob Shahibut Thaliqan
Muhammad bergelar Al Baqir berputra 1 orang :
Jafar dengan laqob As Shodiq yang berputra 5 orang :
Ismail
Musa yang dijuluki Al Kadzim berputra :
Ali dengan laqob Ar Ridha yang berputra :
Muhammad bergelar At Taqiy
Muhammad yang dijuluki Ad Dibaj yang berputra :
Ali yang berputra :
Abdul Aziz Syah, Sultan Perlak (Aceh)
Ali bergelar Al Uraidhi yang berputra :
Muhammad yang berputra :
Isa yang berputra 2 orang :
Muhammad
Ahmad bergelar Al Muhajir
Ishaq bergelar Al Mu'tamin yang berputra :
Al Qasim
Ali bin Husain al-Asghar
Syahid bersama ayahnya pada Pertempuran Karbala. Ibunya bernama Laila binti Abu Murrah bin Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi
Ja'far bin Husain
Ibunya dari suku Quda'ah. Ja'far meninggal pada saat Husain masih hidup
Abdullah bin Husain
Syahid saat masih bayi bersama ayahnya.
Putri
Sukainah binti Husain
Ibunya bernama Rabab binti Imru' al-Qais bin Adi dari Kalb dari Ma'd. Rabab juga ibut dari Abdullah bin Husain.
Fatimah binti Husain
Ibunya bernama Umm Ishaq binti Thalhah bin Ubaidillah dari Taim[1]
Alle Fotos von Ahlul Bayt News Agency (ABNA.ir), 2010 n.Chr.
Ia lebih dikenal dengan sebutan mishbaahul hudaa, safiinatun najaah, sayyidusy syuhadaa` dan Abu Abdillah.
Mas’udi menulis: “Imam Husein a.s. hidup bersama Rasulullah SAWW selama tujuh tahun. Selama masa itu, Rasulullah SAWW sendirilah yang memberikan makan, mengajarinya ilmu dan etika”.
Kecintaan Rasulullah SAWW kepadanya membuatnya tidak tahan melihat penderitaan yang akan menimpa Husein kecil.
Suatu hari Rasulullah SAWW sedang melewati rumah Fathimah Az-Zahra` a.s. Ia mendengar suara tangisan Husein. Langsung ia masuk ke rumah Fathimah a.s. seraya berkata kepada putrinya: “Apakah engkau tidak tahu bahwa tangisan Husein sangat membuatku risau?” Setelah berkata begitu, ia menciumnya seraya berkata: “Ya Allah, aku sangat mencintai anak ini. Oleh karena itu, cintailah dia”.
Hadis yang berbunyi: “Husein adalah dariku dan aku dari Husein, Allah mencintai orang yang mencintai Husein”, dan “Husein adalah cucuku” diterima oleh Ahlussunnah Wal Jamaah dan Syi’ah.
Sepeninggal Rasulullah SAWW, selama tiga puluh tahun ia selalu setia menemani sang ayah menghadapi segala problema yang menyita segala hidupnya waktu itu.
Sepeninggal sang ayah, ia juga tetap setia menemai saudaranya Imam Hasan a.s. selama sepuluh tahun. Dan setelah Imam Hasan a.s. syahid pada tahun 50 H., selama sepuluh tahun ia mengadakan penelitian terhadap segala problema yang terjadi di masanya dan berulang kali ia mengadakan perlawanan terhadap Mu’awiyah. Setelah Mu’awiyah mati, ia dengan berani menentang Yazid dan menolak untuk berbai’at dengannya. Akhirnya, pada bulan Muharam 61 H. ia bersama segenap keluarga dan para pengikutnya yang setia meneguk cawan syahadah di padang Karbala`