BOLEHKAH KITA BERDO'A MINTA KAYA..??

30 January 2011
------------------------------------------------------------------------------                                                                           Bolehkah kita berdoa minta kaya (harta) ?
------------------------------------------------------------------------------


Berdoa minta kaya = cinta dunia



Berdoa minta kaya (harta) berarti menghendaki kehidupan dunia. Menghendaki dunia berarti cinta kepada kehidupan dunia. Hal ini dilarang Alloh s.w.t. dalam Al Qur-an Surat Al Isro’ [17] :18-20.
 Di dalam Tafsir Ibnu Katsir tertulis sebagai berikut:
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Q.S. 17:18) Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirot dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah Mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Q.S. 17:18).

Alloh s.w.t. memberitahukan bahwa tidak semua orang yang mengejar dunia dan segala kenikmatan yang terdapat di dalamnya, ia akan mendapatkannya, dan hal itu akan didapat oleh orang-orang yang dikehendaki-Nya saja. Dan ayat ini membatasi pengertian yang ada pada ayat-ayat lain yang umum, dimana Dia berfirman: ”Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam.” Yakni di alam akhirot, “Ia akan memasukinya”, yaitu memasukinya sehingga Neraka itu menenggelamkannya dari semua sisi. “Dalam keadaan tercela” yakni, dalam keadaan terhina atas tindakan dan perbuatannya yang buruk, di mana ia lebih memilih hal yang bersifat fana (sementara) daripada yang bersifat baqo (abadi) “Dan terusir,” Yakni, terjauhkan dan tersisihkan dalam keadaan hina dina.


Hadits : Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., di mana ia bercerita, Rosululloh s.a.w. bersabda: “Dunia ini adalah tempat tinggal bagi orang yang tidak mempunyai tempat tinggal (di surga, pen.), dan harta kekayaan bagi orang yang tidak mempunyai harta (di surga, pen.), dan padanya berkumpul orang-orang yang tidak berakal.”


Dan firman-Nya: “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirot,” yakni, menghendaki alam akhirot dan berbagai kenikmatan dan kebahagiaan yang ada di sana. “Dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh,” yakni, mencari hal itu melalui jalannya sedang ia mengikuti Rosul-Nya s.a.w. “Sedang ia adalah Mukmin,yakni hatinya beriman, mempercayai adanya pahala dan balasan. “Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”

Kepada masing-masing golongan baik golongan ini (ayat 18) maupun golongan itu (ayat 19) Kami berikan bantuan dari kemurahan Robb-mu. dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.(Q.S. 17:20) Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain), dan pasti kehidupan akhirot lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya. (Q.S. 17:21).


Alloh s.w.t. berfirman: “Kepada masing-masing golongan,” yakni, masing-masing dari kedua kelompok, yakni orang yang menghendaki dunia dan orang-orang yang menghendaki akhirot, akan Kami berikan kepada mereka berupa: “Bantuan dari kemurahan Robb-mu”. Yakni, Dialah yang mengendalikan dan mengatur, Dia tidak mungkin berbuat curang. Maka Dia akan memberikan kepada masing-masing apa yang sudah menjadi haknya, baik yang menjadi kebahagiaan atau kesengsaraan. Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang sanggup menolak ketetapan-Nya dan tidak pula ada yang sanggup menghalang-halangi pemberian-Nya, serta tidak ada pula yang sanggup merubah apa yang Dia kehendaki. Oleh karena itu, Dia berfirman: ”Dan kemurahan Robbmu tidak dapat dihalangi.Maksudnya, tidak akan ada seorang pun yang menolak dan menentang-Nya.Al-Hasan dan juga ulama lainnya mengatakan: “Maksudnya, sama sekali tidak dapat dilarang.”


Setelah itu, Alloh s.w.t. berfirman: ”Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain),Yakni, di dunia. Di mana di antara mereka ada yang kaya, ada juga yang miskin, dan ada juga yang pertengahan antara keduanya. Ada juga yang mati dalam keadaan masih kecil, ada juga yang berumur panjang sampai berusia lanjut, dasn ada juga yang pertengahan antara keduanya.

“Dan pasti kehidupan akhirot lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya. Maksudnya, karena adanya perbedaan kedudukan mereka yang sangat besar di alam akhirot daripada di dunia, maka di antara mereka ada yang berada di Neraka Jahanam,lapisan paling bawah dengan disertai belenggu dan rantai yang membelitnya. Ada pula yang berada di tingkat paling atas dengan penuh kenikmatan dan kebahagiaan. Orang-orang yang berada di tingkat paling bawah pun mempunyai kedudukan yang beragam satu sama lainnya, sebagaimana halnya orang-orang yang ada di tingkatan paling atas pun mempunyai kedudukan yang beragam pula. Sesungguhnya, Surga itu mempunyai seratus tingkatan yang antara dua tingkat adalah seperti jarak antara langit dan bumi.

Dalam kitab ash-shohihain disebutkan, bahwa
Hadits : Rosululloh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya para penghuni Surga dapat melihat orang-orang yang berada di ‘Illiyyin (Surga tertinggi), sebagaimana kalian melihat bintang-bintang cemerlang berjalan di ufuk langit.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim).


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menghendaki dunia menurut Hadits Nabi Muhammad s.a.w.,
dunia dan akhirot itu mencari dan dicari.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Hadits : Barangsiapa hatinya dipenuhi dengan cinta dunia, niscaya hatinya itu akan diliputi tiga perkara: (i.) Kesibukan yang melelahkan, (ii.) angan-angan yang tidak berujung dan (iii.) tamak yang tidak ada habis-habisnya. Dunia itu mencari dan dicari. Akhirot juga mencari dan dicari. Maka barangsiapa mencari akhirot, niscaya ia akan dicari dunia sehingga ia memenuhi rezekinya. Dan barangsiapa mencari dunia, niscaya ia akan dicari akhirot sehingga ia didatangi kematian dengan tiba-tiba”. (HR. Abu Nu’aim dan Tobroni).

-- Akibat buruk dari “doa minta kaya (harta)” : Kisah Sa’labah --
Akibat buruk dari “doa minta kaya” terlihat pada kisah Sa’labah yang merupakan asbabun nuzul dari Q.S. At-Taubah [9] :75-77.
Di dalam Tafsir Jalalain kisahnya tertulis sebagai berikut:
75. Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang soleh.
Orang yang dimaksud ialah Sa’labah ibnu Hatib; pada suatu hari ia meminta kepada Nabi s.a.w. supaya mendoakannya,
-----------------------------------------------
semoga Alloh memberinya rezeki harta,
------------------------------------------------

kelak ia akan menunaikan hak-haknya kepada setiap orang yang berhak menerimanya. Kemudian Nabi s.a.w. mendoakannya sesuai dengan permintaannya itu; akhirnya Alloh memberinya harta yang banyak, sehingga ia lupa akan solat Jum’at dan solat berjamaah yang biasa dilakukannya karena sibuk dengan hartanya yang banyak itu, dan lebih parah lagi ia tidak menunaikan zakatnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Alloh s.w.t. dalam ayat berikutnya, yaitu:
76. Maka setelah Alloh memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).
77. Maka Alloh menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Alloh, karena mereka telah memungkiri terhadap Alloh apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.

Setelah itu Sa’labah ibnu Hatib datang menghadap Nabi s.a.w. sambil membawa zakatnya, tetapi Nabi s.a.w. berkata kepadanya: “Sesungguhnya Alloh telah melarang aku menerima zakatmu”. Setelah itu Rosululloh s.a.w. menaburkan tanah di atas kepalanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Abu Bakar r.a. ia datang membawa zakatnya kepada Kholifah Abu Bakar r.a., tetapi Kholifah Abu Bakar r.a. tidak mau menerimanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Umar r.a. ia pun datang membawa zakatnya tetapi Kholifah Umar r.a. juga tidak mau menerimanya. Pada masa pemerintahan Kholifah Usman r.a. ia pun datang lagi membawa zakatnya, tetapi ternyata Kholifah Usman r.a. sama saja, juga tidak mau menerimanya. Ia mati pada masa pemerintahan Kholifah Usman r.a.

Menurut Hamka di dalam segala tafsir lama, senantiasa bertemu ceritera Sa’labah ini. Tetapi pada tafsir Al-Manar cerita ini diragukan karena menurut Sayid Roshid Ridho Nabi tidak mungkin menolak taubatnya seseorang.

Begitu juga di internet hampir semuanya meragukan cerita ini dengan meragukan keabsahan hadits. Bantahan-bantahan di internet ini penulis kutipkan di lembar lampiran.

Kontroversi Nabi mendoakan “kaya” bagi Anas bin Malik.
Doa Nabi kepada Anas bin Malik agar mendapat kekayaan dan anak yang banyak sering dipakai sebagai alasan bolehnya kita berdoa minta kaya.
Rasulullah Saw sering kali mendo’akan Anas bin Malik. Salah satu doa Beliau untuknya adalah:
“Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa Baarik Lahu
(Ya Allah, berikanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah hidupnya).”
Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, dan Anas menjadi orang dari suku Anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, sehingga bila ia melihat anak serta cucunya maka jumlahnya melebihi 100 orang. Allah Swt memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3 tahun lagi.
Adapun asbabul wurud cerita itu adalah hadis berikut:
Hadits :     Diriwayatkan daripada Anas r.a daripada Ummu Sulaim katanya: Wahai Rasulullah! Aku menjadikan Anas sebagai khodammu, tolonglah berdoa untuknya. Rosulullah s.a.w pun berdoa: Ya Allah, banyakkanlah harta dan anaknya dan berkatilah apa yang diberikan kepadanya. Berkata Anas: "Demi Allah, harta bendaku memang banyak dan anak begitu juga anak dari anakku memang banyak sekali dan sekarang sudah berjumlah lebih dari 100 orang. (Sohih Bukhori, Muslim, kitab kelebihan para sohabat).

 Mengapa Nabi Muhammad s.a.w. berdoa minta miskin ?
Sedang do’a yang pernah dipanjatkan Nabi sendiri bukan minta kaya (harta) tetapi meminta jadi miskin seperti kutipan tulisan Hasan Husen Assagaf berikut ini :
Di samping do’a-do’a yang diajarkan untuk rizki makmur, ada pula do’a-do’a yang tak poluler di zaman ini yang diajarkan Rasulallah saw agar meminta kepada Allah kemiskinan “Ya Allah, hidupkan aku miskin. Matikan aku miskin. Dan kumpulkan aku kelak di Padang Mahsyar ke dalam kelompok kaum miskin”. Doa ini jarang sekali dibaca tapi memang itu kenyataan doa yang diajarkan Rasulallah saw agar meminta kepada Allah kemiskinan. 

Suatu ketika Rosulalloh pernah ditanya tentang surga dan ahlinya, beliau menjelaskan bahwa penghuni yang paling banyak di surga adalah orang miskin. Yang dimaksud disini bukan semua orang miskin masuk surga. Akan tetapi kebanyakan penghuni surga adalah orang miskin yang sobar, soleh, taat ke pada Alloh dan banyak beribadah. 

Miskin. Siapa suka miskin? Semua lari dari kemiskinan dan takut miskin. Ini kenyataan hidup sekarang ini. Tidak ada orang ingin hidup miskin. Boro-boro ingin jadi miskin, bermimpi jadi orang miskin atau bertemu dengan kemiskinan atau kesusahan sama sekali tidak diharapkan. 

Tapi kalau kita teliti dengan seksama memang itulah kenyataan sebagian falsafah hidup yang diajarkan Rasulallah saw kepada kita. Dan Beliau sendiri ternyata hidup dalam kondisi miskin. Ketika beliau wafat, tak ada harta yang diwariskan untuk keluarganya. Begitu pula para sahabat nabi mayoritasnya mereka hidup dalam kekurangan dan kemiskinan. Hidup berlebihan atau kaya sangat jarang kita dapatkan dalam kisah kehidupan para sohabat Rosulalloh. Ada diantara mereka yang kaya seperti misalnya Ustman bin Affan dan Abdurohman bin Auf, tapi mereka pun berusaha menginfakkan dan rela mengeluarkan hartanya ke jalan Alloh agar jadi miskin. 

Imam besar Ali ra hidup miskin dan serba kekurangan. Bahkan setelah menikah dengan Fatimah binti Rasululloh beliau tidak mampu mengambil seorang pembantu. Ketika istrinya, Fatimah, datang kepada Ayahnya minta kepada beliau seorang pembantu. Rosulalloh pun berkata “Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik baiknya wanita adalah yang bermanfaat bagi keluarganya”

Contoh lainnya, pernah satu ketika Rasulallah saw datang melancong ke rumah anaknya, Fatimah. Ketika beliau melihat anaknya mengenakan giwang dan rantai terbuat dari perak, begitu pula beliau melihat selot pintu rumahnya terbuat dari bahan sejenis perak, Rosulalloh segera keluar dari rumahnya dan kelihatan tanda tanda kemarahan di wajah beliau. Beliau naik ke atas mimbar. Fatimah pun mengetahui maksud kemarahan ayahnya. Maka dicopotilah giwang, rantai dan selot pintu yang terbuat dari perak dan segera diserahkannya kepada Nabi di atas mimbar seraya berkata “Jadikanlah semua ini di jalan Alloh, ya abati”. Rosulalloh sangat terharu dan bergembira atas tindakan putrinya yang sangat dicintainya. Beliau pun berkata “Sungguh kamu telah melakukannya wahai anakku. Ketahuilah bahwa dunia itu bukan untuk Muhammad dan keluarganya. Seandainya dunia ini bernilai di sisi Alloh sebesar sayap nyamuk, maka tidak ada satu orang kafir diberi minum setetes pun” 
 
Demikianlah contoh yang kita dapatkan dari pemimpin besar umat, Rosulalloh saw dan Imam besar, Ali bin Abi Tholib yang sepanjang hidupnya selalu dalam kekurangan dan kemiskinan. Akan tetapi di lain pihak Imam Ali pun pernah menegaskan “kemungkinan kemiskinan itu bisa membawa kekufuran”. Begitu pula beliau pernah berkata: “seandainya kemiskinan itu menjelma berbentuk manusia maka saya akan bunuh”.

Assayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan miskin adalah mereka yang mendapatkan problem kehidupan akibat kesulitan ekonomi. Adapun arti miskin menurut pandanganya adalah mereka yang berpenghasilan kurang dan tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari hari.

Ketika salah seorang kepala suku badwi dari gunung diundang raja Saudi, Faisal bin Abdul Aziz, dia sadar bahwa masyarakatnya di gurun sahara miskin. Menyaksikan kota Riyadh yang serba indah, mobil berseliweran di atas jalan beraspal, gedung tinggi, hotel tempat dia menginap terang menderang dengan cahaya lampu yang beraneka warna, beralas tikar permadani empuk, full ac, dan mengasyikan. Dia lalu bertanya kepada dirinya, mengapa ini semua tak ada di desanya? Kalo begitu masyarakat badwi miskin!

Begitulah hidup di ibu kota yang masyarakatnya selalu berlomba merebut peluang. Siapa yang paling banyak memperoleh kesempatan dan dapat mengelola dengan baik, merekalah yang menguasai, jadi kaya. Dan yang kalah bersaing tak kebagian apa pun, jatuh miskin.

Lalu, mengapa Rosulalloh saw mengajarkan doa jadi miskin? Yang dimasud disini beliau bukan mengajarkan umatnya jadi miskin akan tetapi beliau mengajarkan keserhanaan, kehidupan bersama, toleransi, ke-tidakegois-an dan tidak hanya memikirkan diri sendiri, sehingga tidak menimbulkan kedengkian, kebencian antara sesama. Itulah yang diajarkan Rosulalloh saw.
Orang kaya yang hanya memikirkan diri sediri, serakah, tamak, dan kikir, orang semacam ini dikatagorikan orang kaya tapi berjiwa miskin. Sebaliknya orang miskin yang menerima nasib, bersabar, tabah dengan segala musibah yang menimpah dirinya, dan ridho serta bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah, ia adalah orang miskin yang berjiwa kaya. 

Orang-orang badwi yang hidup di gurun sahara, terutama yang hidup di kemah kemah yang tak pernah menikmati listrik, tak ada tv atau radio, sanggup berjalan kaki memikul beban naik turun gunung dengan untanya , mereka miskin tapi tak terasa miskin. Karena kehidupan bersama yang mereka jalani, senasib dan sederajat, tak menimbulkan kedengkian antara mereka, ini yang membuat mereka senang, bahagia menikmati kehidupan yang serba kekurangan.

Berapa banyak orang miskin di seluruh pelosok negeri, baik di sahara, di lereng lereng gunung, maupun di desa desa mereka ini mungkin siang malam bersandar dan bertawakal kepada Allah, bahkan boleh jadi kedudukan mereka lebih tinggi disini Alloh dibandingkan dengan orang kaya yang hidupnya digenangi serba kemegahan akan tetapi sehari harinya lebih banyak memuaskan diri sendiri ketimbang memikirkan orang lain dan melupakan perintah Alloh, sampai sekarang mereka belum pernah merasakan nikmatnya jamuan harta yang diberikan Alloh kepadanya.

Demi Alloh, sekali lagi saya katakan demi Alloh, harta dan kekayaan adalah milik Alloh. Alloh lah yang membuat orang menjadi miskin dan Alloh pula yang membuat orang jadi kaya. Jika Alloh menginginkan si kaya menjadi miskin, dengan sekejap mata saja orang itu menjadi miskin. Jika Alloh berkehendak si miskin menjadi kaya, dengan sekejap mata orang miskin itu menjadi kaya.  

“Katakanlah: Ya Alloh yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatau. Engkau masukkan malam kedalam siang dan Engkau masukan siang kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tampa batas “ al-Quran.


Itulah istilah kehidupan kita sehari hari, dunia ini ibarat roda yang berputar. Sebentar berada di atas dan sebentar lagi berada di bawah. Di saat berada di atas, jangan sekali kali merasa bangga tapi harus menengok kepada yang di bawah agar bisa mengimbangi jarak dengan yang di bawah. Dan bagi yang di bawah jangan tinggal diam atau putus asa. Sebab, itulah satu-satunya modal agar yang di bawah dapat berputar kembali, sementara yang di atas tidak rakus, tidak tamak, tidak sombong dan tidak serakah. Itulah yang di ajarkan agama kita agar kehidupan bersama atara si kaya dan si mikin bisa terjalin dengan baik sehingga jarak antara mereka tidak terpaut jauh.
 
Dalam hal ini, doa yang diajarkan Nabi patut dijadikan bahan renungan. Bahwa doa minta jadi miskin bukan berarti minta serba kekurangan. Akan tetapi yang dimaksud disini minta jadi miskin adalah minta kepada Alloh agar memiliki sikap hidup yang selalu memberi perhatian kepada yang miskin, yang lemah dan yang di bawah. Biarpun kita jadi kaya dan memiliki harta berlimpah-limpah, semua itu tak berarti sedikit pun jika tak memiliki sifat perhatian untuk mengangkat yang di bawah dan menolong yang miskin. 

Nah, kalau begitu, bacalah doa untuk jadi miskin seperti yang diajarkan Nabi agar tetap memiliki rasa kesederhanaan dan tak rakus yang bisa menimbulkan iri dan dengki terhadap kelompok miskin.
Wallahua’lam....

ShareThis