Menyikapi Jati Diri "Duka Cita"

04 June 2012





Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakaatuh..

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah yang membuka pintu impian dengan kunci keteguhan dalam menghadapkan diri, permohonan, do'a dan permintaan yang terus menurus, Dialah yang menjamin kebutuhan dan permintaan hamba dan membebaskan hamba dari segala keterikatan. Shalawat dan salam atas mahluk Termulia dan Hamba yang memuliakan alam semesta dengan Shalawat atasnya, ini terucap dari hamba yang menjaga dari lisan dan tingkah laku dan teguh dalam menjaga Agama...

Ya Allah...Limpahkan Shalawat dan salam atasnya, keluarga, Sahabat dan Para Tabiin..

Ya Allah Ridahailah diriku, keluargaku, sahabatku dalam islam dan Cukupilah aku dengan kecukupan dan berkah dan kebajikan sampai akhir Hayat nanti...


Kita semua tahu bahwa Allah menjadikan kita sehat dan sakit, gembira dan duka cita, semua itu berpasang pasangan. Tetapi jika kita kaji bersama sedikit sekali menikmati hidup dalam duka cita, dan itu pasti bagi siapapun orangnya tidak menghendaki hal tersebut diatas termasuk saya sendiri, Tetapi pertanyaannya mengapa banyak orang yang mendapatkan Suka Cita dan berlimpah Harta dan dalam Keadaan Sehat wal afiat mendapati Maksiat, Membanggakan diri, Pelecehan Haq Sebagai Mahluk dll..

Ada yang bilang Kurang Bersyukur dan ada yang bilang kurang memaknai Ajaran Islam dalam implementasi kehidupan sehari-hari..?..

Itu semua tidak ada yang salah dan mungkin benar, dan kita telusuri apa yang dimaksud Haqeqat "Duka Cita" , kita simak ayat Allah yang berfirman :

"Segala Puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari Kami"
(QS. Fathir :34)

Ayat diatas menerangkan tentang Pujian bagi Allah yang sesungguhnya untuk hambanya untuk terus memuji dan bertasbih kepadanya, sekali-kali bukan upaya dan kekuatan "Ihtiar kita menjadi penolong baginya" tetapi sebagai seorang muslim di haruskan berihtiar dengan Maksimal, asal jangan Ihtiar kita dipertuhankan itu permasalahnya, karena dibalik "duka cita" ada sebuah nilai yang tidak didapatkan di saat "suka cita" yaitu Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, dan sebagai jawaban Allah untuk orang beriman atas janjinya akan mengampuni segala dosa dan khilaf yang kita perbuat.

"Tidak sedikitpun yang akan menimpa seorang hamba yang beriman, baik berupa sakit, bencana,duka cita ataupun penyakit yang menyusahkannya, kecuali Allah akan mengampuni dosa-dosanya"
(HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah dan Turmudzi hal. 966)

Lalu bagaimana bila Sang Maha Tuan Raja dari segala Raja Berjanji, pasti jawabannya Sang Maha Sempurna dengan janjinya tidak akan mengingkarinya, dan hanya Hamba yang tidak menyelidiki kekurangan dirinya dan Sibuk dengan mencari kehidupan yang fatamorgana yang kian hari telah tampak semua di jual demi keuntungan perut semata..wallohu a'lam semoga Allah menjaga kita dari Prilaku buruk  serta tercela..

Mari kita telusuri makna Haqeqatnya menurut Abu said Al-khudri, yang dimaksud "Duka Cita" atau khuznu adalah yang menyusahkan hati karena terjerumus diri dalam jurang kelalaian. Duka cita sebenarnya adalah dimana dari sifat-sifat seorang hamba yang menempuh kehidupan bukan cara untuk dipersembahan kepada Allah SWT tetapi kepada persembahan untuk dirinya sendiri.

Dalam kitab Taurat disebutkan :

" Jika Allah mencintai hambanya, maka hatinya dijadikan meratap. Jika Allah membencinya, maka hatinya dijadikan keras" dan telah diriwayatkan itu semua bahwa Rosululloh SAW selalu berduka cita apabila dalam keadaan berfikir."

Menurut seorang Sufi Bisyr bin Harist bahwa duka cita di ibaratkan Raja, yakni apabila dia menempati suatu tempat, maka dia tidak akan ridha, apabila di dalam hati hambanya tidak ada duka cita di dalamnya maka robohlah. ibarat Rumah tidak ada penghuninya, maka perlahan tapi pasti akan roboh.

Seorang Sufi wanita Rabi'ah Al Adawiyah pernah kedatangan tamu seorang lelaki mengeluh...

Wahai saudaraku dukanya diri ini, bagaimana ini terjadi dari perkiraanku?
Rabi'ah menegurnya!

"Berkatalah dengan ucapan yang baik (dan Allah senang dengan perkataan yang baik dan tiada keluh kesah kepada mahluk)" katakanlah : Apabila engkau mendapatkan duka cita maka janganlah mengeluh ( Beryukurlah bahwa Allah SWT telah menganugrahkan duka cita agar kamu mendapati Syukur) "
InchaAllah, jadi kesimpulannya "Duka Cita" adalah menurut sebagaian ulama Salaf mengatakan "Berduka Citalah karena akhirat adalah terpuji sedang janganlah berduka cita karena dunia karena tercela"

Menurut imam Hasan Al-Bashri r.a bahwa Segala sesuatunya adalah zakat sedangkan zakatnya Akal adalah duka Cita. karena orang yang selalu berduka cita tidak kan lepas dari Permohonan (do'a yang sungguh-sungguh dengan hati dan Perbuatan) maka bersungguh sungguhlah mencari duka cita karena
setelah itu memohonlah,  karena do'amu di dengar.)

Itu terindikasi dengan firman Allah SWT :
"Atau Siapa yang dapat mengabulkan do'a orang yang berada dalam duka cita (keterpaksaan).  Dan yang mampu menghilangkan kesusahan yang diderita dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan yang lain? amat sedikit kamu mengingatnya"
(QS. An-Naml 27-62)

Jika hati seorang hamba yang berduka cita bersunguh sungguh dalam maka dia kan mencapai yang diharapkannya, Allah Berfirman :
" Hai manusia , Sesungguhnya kamu sekalian adalah fuqara (butuh ) kepada Allah dan Allah Maha Kaya lagi menyukuri."

Semoga Kita beruntung bersama orang-orang yang beruntung  bersama Allah SWT yang mengetahui haqeqat itu semua, Segala Puji bagi Allah yang melapangkan atas hamba-hambanya , Sesungguhnya Allah menjadikan kita untuk bersandar kepadanya, Dialah yang Maha Kuat Perlindungannya, Maha Kuasa dengan Kekuasaannya, dan Maha Memiliki segala sesuatunya yang kita tak pernah memilikinya, Shalawat serta salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW, para Rosul, Keluarga, Sahabatnya, dan para Tabi'in amiin..

BarakaAllah...

Wassalamu alikum wr,wb..




ShareThis