Dalam kalimat di atas terkandung sifat ikhlas.
Uraian di bawah kami kutip dari buku Ikhlas karangan Dr. Yusuf Qardlawi
Pengertian Ikhlas
Ikhlas ialah menyengajakan perbuatan semata-mata mencari keridhaan Allah dan memurnikan perbuatan dari segala bentuk kesenangan duniawi. Dengan demikian, perbuatan seseorang benar-benar tidak dicampuri oleh keinginan yang bersifat sementara, seperti keinginan terhadap kemewahan, kedudukan, harta, popularitas, simpati orang lain, pemuasan hawa nafsu, dan penyakit lainnya.
Firman Allah : "Katakanlah! Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam semesta. Tiada Sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku...." (al-An'am: 162-163)
Tanda-tanda Keikhlasan
Tanda-tanda keikhlasan ini sangat banyak. Ia dapat dilihat dari kehidupan, perilaku, dan persepsi seseorang, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Berikut ini kami kemukakan beberapa tanda tersebut.
1. Takut akan Popularitas
2. Mengakui Kekurangan Diri
3. Cenderung Menyembunyikan Amal Kebajikan
4. Menyamakan Tugas Seorang Jenderal dengan Tugas Seorang Prajurit
5. Mengutamakan Keridhaan Allah daripada Keridhaan Manusia
6. Cinta dan Marah karena Allah
7. Sabar terhadap Lamanya Perjuangan
8. Merasa Gembira Jika Kawannya Memiliki Kelebihan
Dasar Diterimanya Amal Perbuatan
Suatu amal saleh akan diterima Allah jika ia memenuhi dua rukun. Pertama, amal perbuatan itu harus didasari keikhlasan dan niat yang murni. Kedua, amal perbuatan itu harus sesuai dengan sunnah Nabi saw. dan syariat Islam.
Buah Sikap Ikhlas
Sifat ikhlas dapat membuahkan hasil yang baik dan positif pada diri seseorang, di antaranya:
1. Sumber Ketenangan Jiwa
Ikhlas mampu melahirkan ketenangan jiwa dan ketenteraman hati sehingga dada menjadi lapang. Sebab, hatinya terpadu dalam rangka mencari keridhaan Allah. Allah Swt. mengumpamakan seorang mukmin yang benar-benar mengesakan Allah sebagai seorang hamba sahaya yang hanya memiliki seorang majikan. Firman Allah:: "Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleb beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja). Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (az-Zumar: 29)
2. Sumber Kekuatan Jiwa
Sesungguhnya, orang yang rakus terhadap harta, kedudukan, pangkat, dan jabatan adalah orang yang sangat lemah. Apalagi jika ia tidak berhasil mencapai keinginannya di dunia. Ia benar-benar tidak berkutik jika harta yang diharapkannya sirna. Seorang yang benar-benar ikhlas karena Allah tidak akan terbujuk oleh iming-iming menggiurkan. Ia juga tidak akan mundur karena tekanan dan ancaman. Ia tidak mungkin menjadi orang yang hina dina karena sangat rakus dan tidak akan berpaling karena dihantui perasaan cemas.
3. Memperpanjang Amal Kebajikan
Orang yang hanya mencari perhatian orang atau memenuhi keinginan perut dan nafsu seksual tidak akan bertahan lama dalam bekerja. Jika apa yang diharapkannya tidak tercapai, ia berputus asa lalu menghentikan pekerjaannya. Begitu pula, seseorang yang bekerja semata-mata untuk mencari popularitas atau mendapatkan kedudukan, akan bermalas-malasan jika apa yang diinginkannya tidak tercapai.
Hal itu berbeda dengan seorang yang berbuat semata-mata karena Allah. Ia tidak mengenal malas, tidak loyo, dan tidak akan bersikap santai. Ia melakukan semua pekerjaannya didasarkan kepada Allah, Zat Allah akan tetap kekal selama-lamanya meskipun manusia binasa, demikian pula jika sekalipun semua makhluk-Nya hancur berantakan. Firman-Nya: "...Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (al-Qashash: 88)
Orang-orang saleh berkata, "Semua pekerjaan yang dilakukan karena Allah akan kekal dan sinambung. Namun, pekerjaan yang dikerjakan bukan karena Allah akan segera musnah."
4. Mengalihkan Sesuatu yang Mubah dan Biasa Menjadi Ibadah
Disebutkan dalam suatu hadits bahwa Nabi saw. berkata kepada Sa'ad, "Sesungguhnya apa saja yang kamu sedekahkan, asalkan kamu landasi niat mencari keridhaan Allah, maka kamu akan memperoleh pahala dari-Nya, sampai-sampai sesuap makanan yang kamu berikan kepada istrimu."
5. Tetap Mendapat Pahala Meskipun Amal Tidak Dilaksanakan atau Diselesaikan
Diriwayatkan oleh Nasa'i dengan sanad sahih dari Abud Darda secara marfu' bahwa beliau berkata, "Barang siapa mendatangi tempat tidurnya dengan niat akan bangun shalat malam tetapi ia tertidur sampai datangnya subuh maka dituliskan baginya pahala atas apa yang diniatkannya, sedangkan tidurnya dinilai sedekah dari Tuhannya."
Tambahan penulis :
6. Menangkal Godaan Iblis.
Setelah Iblis diusir dari surga karena membangkang dari perintah Allah untuk sujud kepada Adam As, Iblis meminta dan telah diberi waktu sampai hari kiamat untuk menggoda manusia agar masuk neraka bersama dengannya. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS. Al-Hijr : 39-40)
Bila demikian, kita akan selalu kecewa.
Kita sering berbuat baik baik pada orang lain dengan pamrih, ingin dibalas dengan perbuatan baik pula. Merawat dan membesarkan anak, kita ingin anak membalas budi kita. Memberi sesuatu pada orang tua, saudara, tetangga dan kawan kita ingin mendapat balasan. Bersikap ramah terhadap orang lain, kita ingin orang itu ramah juga pada kita.
Karena dunia ini tidak sempurna seringkali harapan kita ini tidak terjadi, sehingga kita kecewa.
Kekecewaaan dapat menimbulkan kemarahan
Timbulnya kemarahan kepada orang lain ada 6 tahap:
Tahap pertama : Saya menginginkan sesuatu."
Kita semua memiliki berjuta-juta keinginan dan harapan. Saya menginginkan kasih sayang, kekayaan, perlakuan yang adil, dihargai, keselamatan, dan saya juga ingin pergi ke bulan, menjadi raja, memiliki semua yang ada di dunia, serta hidup selama-lamanya. Keinginan manusia sama luasnya dengan khayalan. Keinginan adalah sumber segala penemuan, amal, pengetahuan, dan seni.
Tahap ke-dua : "Saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan dan saya merasa kecewa."
Suatu keinginan tidak terpenuhi dan tentu saja banyak keinginan yang mengalami nasib sama. Dari semua keinginan yang kita miliki hanya sebagian kecil yang terpenuhi. Keadaan ini juga merupakan penyesalan yang tidak dapat dihindari yang harus ditanggung oleh manusia.
Seorang yang bijaksana mengerti bahwa kehidupan ini tidak akan memberikan semua yang ia inginkan. Oleh karena itu, ia puas dengan yang telah ia peroleh, baik melalui kerja keras ataupun nasib baik. Ia menerima segala yang tidak terpenuhi, walau ia telah berusaha sebaik-baiknya. Ia merasa kecewa tetapi tidak marah.
Tahap ke-tiga : "Kalau aku tidak mendapatkan apa yang saya inginkan, maka keadaan jadi sangat tidak menyenangkan."
Secara singkat, yang anda katakan pada diri sendiri dapat berupa : (a) Saya ingin apa yang saya kehendaki tercapai, tidak enak rasanya kalau tidak mencapai segala yang saya inginkan; (b) orang lain yang membuat saya frustasi adalah jahat dan patut mendapat hukuman.
Tahap ke-empat : "Anda tidak boleh membuat saya kecewa! Saya harus memperoleh apa yang saya inginkan."
Nah, sekarang anda meminta diri sendiri menjadi marah. Anda menginginkan sesuatu dan tidak memperolehnya.
Tahap ke-lima : "Anda jahat karena telah membuat saya kecewa"
Kita sekarang sampai pada bagian yang berbahaya dari rangkaian ini. Sampai sekarang anda hanya merasa marah, tetapi tidak perlu harus membenci atau membalas dendam pada orang lain. Tetapi dengan tahap kelima ini, anda telah membuat salah satu penilaian (dari beberapa penilaian lain yang mungkin anda lakukan) yang paling merugikan tentang orang lain. Anda telah mengatakan bahwa seseorang jahat karena ia telah membuat anda kecewa. Anda juga beranggapan bahwa kalau orang itu jahat, maka ia juga berhati busuk, tidak berguna, dan bahwa dirinya dan perilakunya adalah sama jahatnya.
Ada tiga alasan mengapa seseorang berperilaku buruk tanpa dapat dipersalahkan, yaitu: karena kebodohan, ketidaktahuan, dan gangguan emosi.
Kalau anda sudah mencapai tahap kelima ("anda jahat karena telah mengecewakan saya") anda tentu merasa marah. Walaupun demikian, itu tidak berarti anda secara otomatis akan menyakiti orang lain. Bila anda merasa seakan-akan hendak membunuh seseorang tidak berarti anda akan benar-benar membunuhnya. Untuk melakukan hal tersebut anda harus ke tahap selanjutnya.
Tahap ke-enam : "Orang jahat harus dihukum."
Dengan tahap ini anda sampai di suatu titik yang tidak memungkinkan anda kembali lagi. Anda tidak akan berhenti jika anda belum menyakiti orang lain. Tindakan anda tersebut tidak bertujuan untuk memberinya pelajaran, tetapi karena orang itu tidak pantas untuk menerima apa pun selain rasa sakit dan kutukan.
Kalau kita menghadapi persoalan ini secara realistis maka kita akan sependapat bahwa kita akan memperoleh lebih banyak lebah dengan menggunakan madu daripada cuka. Tetapi apakah cara itu cukup berhasil? Tentu saja! Hanya orang-orang tidak normal tetap tidak mempan senyuman, kesopanan, serta perilaku bersahabat. Jika orang yang berurusan dengan anda benar-benar normal, anda boleh yakin bahwa perilakunya akan banyak berubah semakin baik ketika anda tidak lagi memperlakukannya dengan perasaan jijik, melainkan lebih manis serta penuh kasih sayang.