Siapa yang menyampaikan hadits pada ummatku, dalam rangka menegakkan sunnah, atau demi menghancurkan bid’ah, maka ia berada di syurga.”
(HR. Abu Nuaim dalam Al-Hiyah)
Para ahli syurga, dalam hadits mulia ini, adalah mereka yang terus menerus menegakkan Sunnah, membelah bid’ah, demi menuggalkan Allah Ta’ala, tawakkal kepadaNya, iman dan cinta kepadaNya.
Sebenarnya kekasih hati adalah Allah SWT. Bila Allah mencintai hambaNya Dia menampakkan rahasiaNya pada keagungan kekuasaanNya, dan Allah SWT, menggerakkan hatinya sebagai limpahan anugerahNya, Allah SWT, memberi minuman dari piala gelas cintaNya, hingga ia mabuk dari selain Dia, lalu dijadikannya berada dalam kemesraan, kedekatan dan kesahabatan denganNya, sampai ia tak sabar untuk segera mengingatNya, tidak memilih yang lainNya dan tidak sibuk dengan satupun selain perintahNya. Syeikh Abu Bakr al-Wasthy ra, berkata, :
“Posisi cinta lebih di depan dibanding posisi takut. Siapa yang ingin masuk dalam bagian cinta, hendaknya ia selalu husnudzon kepada Allah SWT dan mengagungkan kehormatanNya.”
Diriwayatkan bahwa Allah SWT, memberi wahyu kepada Nabi Dawud as. “Hai Dawud, Cintailah AKu, dan cintailah kekasih-kekasihKu, dan cintailah Aku untuk hamba-hambaKu.”
Lalu Nabi Dawud as, berkata,
“Ilahi, Aku mencintaiMu, dan mencintai kekasih-kekasihMu, lalu bagaimana mencintaiMu untuk hamba-hambaMu?”
“Ingatlah mereka, akan keagunganKu dan kebaikan kasih sayangKu…” Jawab Allah SWT.
Dalam hadits disebutkan, “Bila Allah mencintai seorang hamba dari kalangan hamba-hambaNya, Jiril as, mengumumkan “Wahai ahlai lagit dan bumi, wahai kalangan wali-wali Allah dan para Sufi, Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai si fulan, maka cintailah dia.”
Dlam riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW :
“Apabila Allah Ta’ala mencintai hamba, maka Jibril mengumandangkan, “Sesungguhnya Allah sedang mencintai si fulan, maka cintailah dia. Lalu penghuni langitpun mencintainya, baru kemudian diterima oleh penghuni bumi.”
Dalam satu riwayat Muslim dusebutkan:
“Apabila Allah Ta’ala mencintai hamba, maka Allah memangil Jibril dan berfirman ; “Sesungguhnya Aku mencintai si fulan maka cintailah dia”. Kemudian Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumandangkan, :Sesungguhnya Allah sedang mencintainya, baru kemudian diterima oleh penghuni bumi.”
Namun bila Allah Ta’ala membenci si fulan, maka Allah SWT mengundang Jibril dan berfirman, “Aku lagi membenci si fulan, maka bencilah ia…” Jibrilpun membencinya, kemudian mengajak kepada penghuni langit dengn mengatakan, “Sesungguhnya Allah sedang membenci si fulan, maka bencilah padanya. Lalu rasa benci itu diturunkan di muka bumi.”
Abu Abdullah an-Nasaj ra, mengatakan, “Setiap amal yang tidak disertai cinta kepada Allah SWT, tidak bisa diterima.”
“Siapa yang mencintai Allah SWT, maka Dia mengunjunginya dengan berbagai cobaan. Dan siapa yang berpaling dariNya dari lainNya, ia terhijab dariNya dan gugur dari hamparan para pencintaNya.”
Abdullah bin Zaid ra, mengatakan, “Saya sedang bertemu dengan lelaki sedang tidur di atas salju, sementara di keningnya bercucuran keringat. Aku bertanya, “Hai hamba Allah, Bukankah sangan dingin!” Lalu ia menjawab, “Siapa yang sibuk mencintai Tuhannya, tak pernah merasa dingin.” “Lalu apa tanda pecinta itu?” tanyaku. ” Merasa nasih sedikit atas amalnya yang banyak, dan merasa meraih banyak walau mendapatkan sedikit karena datang dari Kekasihnya.” jawabnya.
“Kalau begitu beri aku wasiat.”
“Jadilah dirimu hanya bagi Allah, maka Allah Bekal bagimu.”
Muhammad bin al-Husain ra, mengatakan, “Aku masuk ke pasar untuk membeli budak perempuan, Ku lihat ada budak perempuan yang sedang di ikat, dan pada kedua pipi tulipnya ada luka, yang terukir tulisan, “Siapa yang berkehendak pada kami, akan kami bangkrutkan dia. Dan siapa lari dari kami, akan kami goda dia.”
Inilah, kataku, sebagaimana firman Allah Ta’ala pada hambanya, “Bila kalian semua mencariKu, maka Kulalaikan kalian dari selain diriKu, dan Kufanakan denganKu dari dirinya, hingga tidak tahu siapa pun kecuali diriKu.”
Ada seseorang sedang mengetuk pintu kekasihnya, lalu ada suara dibalik pintu, “Siapa anda?”
“Aku adalah engaku.”
“Ya, silahkan aku, masuklah.”
AKu kagum dariMu dan dariku
Engkau fanakan diriku bersamaMu dari diriku
Engkau dekatkan diriku dariMu hinga
Aku menyangka Engkau adalah aku.
Haalatu Ahlil Haqiqah Ma’Allah (Syekh Ahmad Ar-Rifa’y)
Alih Bahasa : KH. Luqman Haqim MA.