“‘An `Umar ibnul khatthab radhiyallahu `anhu qaala sami`tu Rasuulullahi Shalallaahu `alaihi Wassalaam yaquulu : innamal a`malu binniyah,wa innamaa li imrii maa nawaa faman kaanat hijratuhu ilallaahi wa rasuulihi fahijrotuhu ilallaahi warasuulihi waman kaanat hijratuhu ilaa dunyaa yushiibuhaa au imraatin yatazawajjuhaa,fahijratuhu ilaa maa hajara ilaihi (Bukhari wal Muslim)
dari `Umar bin khatthab radhiyallaahu `anhu berkata saya mendengar Rasulullah bersabda : sesungguhnya tiap amal itu tergantung pada niatnya dan setiap perkara itu itu tergantung apa yg diniatkannya maka barang siapa yg hijrahnya tulus karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrah itu diterima Allah dan Rasul-Nya.Dan siapa yg niat hijrahnya untuk dunia yg dikejarnya atau wanita yg akan dinikahinya maka niat hijrah itu terhenti pada apa yg ia tuju(hadits riwayat Bukhari Muslim)
niat merupakan hal yg sangat mendasar dalam peribadatan dan segala perbuatan kita.sebagaimana yg dijelaskan hadits diatas yg secara lahirnya melakukan perbuatan yg sama tetapi sangat berbeda disisi Allah dikarenakan niatnya.
Nah,sekarang kalau dikaitkan dengan kehidupan dan cara pandang umum kebanyakan masyarakat selama ini (saya ambil contoh2 yg saya ketahui dengan pengetahuan hamba yg sangat terbatas ini) :
1. Bahwasanya niat perbuatan jahat selama tidak dilakukan maka dosanya tidak akan dicatat.(tidak dilakukan perhitungan amal) nah pandangan kebanyakan orang semacam ini akan meringankan betapa pentingnya niat saya ambilkan sebuah contoh :”seseorang yg berniat/berkeinginan untuk berzina akan tetapi dia seorang yg masih melakukan sholat dan belum melakukan perbuatan zina tersebut,terkadang ketika sholat keinginan perbuatan maksiyat tersebut selalu berkeliaran dalam pikirannya.Wah kalau begini kan jadi repot sholatpun hancur dan tak bernilai disisi-Nya”
2. Seorang yg berniat kemudian merasa bisa dengan kekuatannya sendiri mampu melaksanakan niat tersebut dan hasilnya diserahkan pada Allah SWT lupa bahwasanya kekuatan untuk melaksanakan segala sesuatu adalah karunia Allah semata. “Laa haula walaa quwwata illa billah”Tiada daya dan kekuatan kecuali kehendak Allah
3. Seorang yg berniat melaksanakan perbuatan baik akan tetapi mengalami kebingungan dan kebimbangan manakala niat tersebut sulit/tidak terlaksana, lupa bahwasanya sesuatu itu tak lepas dari Qadar-Nya.”Innallaaha `alaa kulli syaiin qadiir”Sesungguhnya Allah menguasai segala sesuatu.
Sebagaimana kalam hikmat al hikam ibnu Athaillah :
TIDAK SIA-SIA SESUATU MAKSUD APABILA DISANDARKAN KEPADA ALLAH S.W.T DAN TIDAK AKAN TERCAPAI TUJUAN JIKA DISANDARKAN KEPADA DIRI SENDIRI.
hamba Allah s.w.t yang mempunyai maksud yang baik ternyata gagal melaksanakan maksudnya apabila dia bersandar kepada kekuatan dirinya sendiri karena Allah s.w.t yang menetapkan sesuatu perkara, hanya Dia saja yang dapat mengubahnya. Segala kekuatan, baik dan buruk, semuanya datang daripada-Nya. Oleh yang demikian jika mahu menghadapi sesuatu kekuatan yang datang dari-Nya mestilah juga dengan kekuatan-Nya. Kekuatan yang paling kuat bagi menghadapi kekuatan yang dipunyai oleh dunia ialah kekuatan berserah diri kepada Allah s.w.t. Kembalikan semua urusan kepada-Nya. Rasulullah s.a.w telah memberi pengajaran dalam menghadapi bencana dengan ucapan dan penghayatan:
"Inna lillahi wa inna ilaihi raaji`uun"Kami datang dari Allah. Dan kepada Allah kami kembali
Tak ada jalan terbaik dalam segala niat,gerak, dan perbuatan kita selain berserah diri total kepada Allah.maksud menyerah diri kepada Allah s.w.t, bersandar kepada-Nya dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya mesti difahami dengan mendalam yaitu : “minallaahi billaahi ilaallaahi”dari Allah dengan Allah untuk Allah bahwasanya yg menggerakkan niat dan melaksanakan hal yg berkenaan dengan niat tersebut adalah Allah SWT dan segala sesuatunya adalah untuk Allah SWT.
Ya Allah Ya Tuhanku jadikanlah kami termasuk golongan Hamba-Hamba yg berserah diri kepada-Mu.Amiin ya Rabbal`alamiiin...
Wallaahu a`lam bishowab..
Referensi : Al quran,Al lu`lu wal marjan : penyusun Muhammad fuad `Baqi,Al hikam : penyusun Ibnu Athaillah, K.H Luqman Hakim
Referensi : Al quran,Al lu`lu wal marjan : penyusun Muhammad fuad `Baqi,Al hikam : penyusun Ibnu Athaillah, K.H Luqman Hakim